Mendatangi satu per satu rumah warga yang datanya hendak dicocokkan dan diteliti (coklit) harus dilakukan pantarlih. Supaya mendapatkan data valid untuk daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2024. Kelihatan sepele, tapi praktik di lapangan tidak mudah.Bagi yang di wilayah kota, mungkin tak ada kendala berarti. Tapi pantarlih di desa, apalagi pelosok terpencil dan perairan, tantangannya luar biasa. Sementara honor mereka sama. Hanya Rp1 juta. Di wilayah Pemulutan dan Rantau Panjang, kabupaten Ogan Ilir misalnya. Pantarlih harus menyusuri kawasan perairan. Ada yang harus menyeberangi jembatan kayu rawan roboh. Menyeberangi rawa hingga menyusuri sungai dengan perahu/getek.
“Semua harus dilakukan, mau tidak mau. Supaya dapat data valid,” kata seorang pantarlih wanita. Ketua KPU Ogan Ilir, Dra Massuryati pun mengakui. Banyak kendala yang dialami pantarlih dalam melakukan coklit data pemilih.BACA JUGA : Real Sultan! Bingung Ngabisin Duit, Pria Ini Beli Badan Hiu Raksasa untuk Dipajang BACA JUGA : Palsukan Data Coklit Bisa Dipidana "Paling sering, waktu mendatangi rumah warga, penghuninya sedang tidak ada. Terkadang sedang bekerja, atau rumah itu memang kosong sudah ditinggalkan lama,” ungkap dia. Jika sudah begitu, pantarlih akan berkoordinasi dengan Ketua RT/RW setempat. Sebab, harus dipastikan, penghuni rumah itu masih tinggal di sana atau memang sudah pindah. Paling tidak, ada sembilan data yang harus terpenuhi secara valid. Yakni nama, tempat lahir, tanggal lahir, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, dan status perkawinan.
Kerja pantarlih di Banyuasin yang 60 persen lebih berupa wilayah perairan juga tidak mudah. Apalagi, kabupaten ini salah satu habitat buaya. Seperti perjuangan pantarlih melaukan coklit di Dusun Terusan, Kecamatan Sumber Marga Telang.Beredar foto pantarlih perempuan berjilbab sedang merangkak di atas jembatan kayu yang tampak hampir roboh. “Iya, itu pantarlih di Sumber Marga Telang,” kata Komisioner KPU Banyuasin Divisi Perencanaan, Data dan Informasi, Ricky Oktadinata MH.
Kategori :