INDRALAYA, SUMATERAEKSPRES.ID - Mengantisipasi serangan hama penggerek batang padi (PBP), petugas pendamping peningkatan ekonomi pertanian - pengendali organisme pengganggu tumbuhan (PPEP- POPT) melakukan monitoring lahan persawahan. Salah satunya monitoring pada persawahan padi di Desa Kasih Raja Kecamatan Lubuk Keliat, Ogan Ilir.
Petugas PPEP - POPT, Irawan Saputra menjelaskan, pengendalian OPT bertujuan untuk menekan populasi dan atau tingkat serangan OPT. ‘’Sehingga tidak merugikan secara ekonomis, dan aman bagi manusia serta lingkungan hidup,’’ katanya.
Luas hamparan sawah di lokasi monitoring kali ini yaitu sekitar 25 hektar. Dengan umur tanaman 15-35 Hst (hari setelah tanam). ‘’Sedangkan varietas yang ditanam adalah Ciherang," ujar Irawan.
Di lapangan, lanjutnya, masih ditemukan berbagai jenis serangga sebagai musuh alami dari hama penggerek batang, yakni capung dan laba-laba. "Berdasarkan dari hasil monitoring OPT yang ditemukan adalah serangan penggerek batang padi telah menyebar di luas serangan 1 Ha atau intensitas serangan mencapai 1,5 persen," jelasnya.
Fenomena serangan penggerek batang padi pada fase generatif disebut beluk. Gejala yang ditimbulkan ditandai dengan malai mati dan bulir hampa yang kelihatan berwarna putih.
Gejala beluk akan menghambat pengisian gabah pada malai karena kerusakan pada pembuluh batang padi. ‘’Intensitas serangan yang tinggi membuat hama ini dikategorikan sebagai hama utama tanaman padi. Kerugian setiap tahun yang disebabkan oleh Penggerek Batang Padi mencapai 10 hingga 30 persen, bahkan dapat menyebabkan puso atau gagal panen,’’ jelasnya.
BACA JUGA:Pestisida Ini Bisa Atasi Hama pada Tanaman, Ramah Lingkungan Lagi
BACA JUGA:Menyerang di Malam Hari, Siang Bersembunyi, Aktivitas Hama UGF pada Tanaman Jagung
Untuk itulah, pihaknya merekomendasikan agar petani mengumpulkan kelompok telur penggerek batang padi, lalu dimusnahkan. ‘’Cara manual ini dianggap mampu memutus perkembangan reproduksi hama penggerek batang,’’ ujarnya.
Lalu, juga perlu mengaplikasikan penggunaan agen pengendali hayati (APH) Bacillus thuringiensis. ‘’Tujuannya untuk membasmi sisa hama yang masih hidup dan mencegahnya betelur kembali,’’ katanya.
Pengendalian juga bisa dilakukan dengan menyemprotkan bio insektisida APH Bacillus thuringiensis lebih didahulukan karena ramah lingkungan. ‘’Namun, apabila serangan meningkat lakukan pengendalian menggunakan insektisida bahan aktif Dimehipo," terangnya.
Kemudian dilanjutkan dengan melakukan sanitasi lingkungan. ‘’Kita juga minta petani tetap melakukan pemupukan berimbang serta melakukan pengamatan rutin untuk memantau perkembangan OPT,’’ tegasnya. (dik)