Dr Rismarini SpA (K), Ahli Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial, KSM Kesehatan Anak RSMH Palembang menambahkan polio merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus Polio. Ada tiga macam virus Polio, yaitu strain 1, 2 dan 3. “Penyakit ini menular lewat makanan minuman yang terkontaminasi tinja penderita Polio. Lumrahnya menyerang anak usia di bawah 5 tahun, bisa juga menyerang anak remaja," jelasnya.
Gejala infeksi Polio paling sering, yaitu demam, lesu mual, muntah, sakit kepala. “Satu dari 200 penderita Polio lumpuh akut dan layu, serta tidak bisa disembuhkan. Kelumpuhan terjadi mendadak dan 5-10 persen penderita mengalami kematian,” ucapnya.
BACA JUGA:Penting Lengkapi Imunisasi pada Anak, Cegah Infeksi dan Wabah
Menurutnya, kasus Polio seperti puncak gunung es sebab biasanya satu kasus, ada 200 kasus Polio tidak bergejala atau bergejala ringan sehingga tidak terdiagnosa. "Kasus tidak terdiagnosa inilah yang ditakutkan menjadi sumber penularan bagi orang-orang sekitar, terutama menyerang anak-anak yang tidak pernah mendapat imunisasi atau anak-anak yang imunisasinya tidak lengkap," sambungnya.
Karena itu pencegahan penyakit sangat penting, misalnya imunisasi Polio untuk mencegah Polio. “Vaksin Polio dapat diberikan kepada bayi usia 2, 3, 4 bulan, diulangi lagi usia 18 bulan dan 5 tahun," jelasnya. Dr Rismarini menyebut dengan 'Program Imunisasi Rutin, Indonesia Bebas Polio Tahun 2014'. Yaitu 10 tahun setelah KLB di Indramayu dengan ratusan anak terjangkit Polio.
Dalam pemberian imunisasi massal, Kemenkes menjalankan program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) setiap Agustus. Imunisasi yang menyasar anak usia sekolah dasar ini untuk meningkatkan perlindungan dari penyakit campak, rubella, difteri, tetanus, dan kanker serviks. "Agustus menjadi bulan imunisasi anak sekolah, pelaksanaannya serentak seluruh Indonesia," terang Kabid P2P Dinas Kesehatan Palembang, Yudi Setiawan.
Di 2023, capaian program imunisasi meliputi IDL 92,5 persen, imunisasi baduta lengkap (IBL) 82,0 persen, imunisasi antigen 67,9 persen dari target (100 persen). Sementara capaian BIAS 87,3 persen dan status Tetanus Toxoid (T2+) pada WUS (wanita usia subur) 68,4 persen. (fad)