PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Sembari mengendarai mobil atau motor, ribuan warga Tionghoa yang ada di Sumsel, khususnya Palembang memadati TPU Talang Kerikil, Kecamatan Kemuning untuk merayakan Hari Cheng Beng yang puncak perayaan pada Kamis (4/4) mendatang. Sambil membawa berbagai sesaji dan hio, ribuan umat menyusuri sepanjang kawasan TPU mencari titik makam leluhur dan kerabatnya yang telah meninggal.
Untuk memberikan rasa aman dan kenyamanan bagi mereka ini yang berziarah dan berdoa di makam, ratusan petugas TNI-Polri, panitia, hingga instansi terkait disibukkan mengatur arus lalu lintas dan titik parkir bagi masyarakat yang melaksanakan ziarah.
"Dalam tradisi masyarakat Tionghoa terutama umat Tridharma, Cheng Beng telah berlangsung sejak ribuan tahun. Dimana setiap bulan April, umat akan datang berziarah ke makam leluhur dan kerabatnya yang meninggal. Di momen ini masyarakat akan berduyun-duyun ke TPU untuk berziarah sekaligus sembahyang. Mereka juga mendoakan leluhur sekaligus kerabatnya," urai Koordinator utama Cheng Beng 2024, Chandra Husien, Minggu (31/3).
Oleh karena itu, untuk menjaga kenyamanan para peziarah, pihaknya memberi waktu bagi masyarakat yang akan berziarah pada 30-31 Maret serta 4 April teruntuk mereka yang akan berziarah tersebut. Kendaraan yang digunakan para peziarah diarahkan ke lokasi parkir yang telah disiapkan sebelumnya di dekat makam yang ada.
BACA JUGA:Hindari Macet, Pilih Cheng Beng Lebih Awal
BACA JUGA:Cheng Beng, Bakal Dongkrak Kunjungan Wisatawan Lokal
"Walaupun memang, bagi mereka yang ingin berziarah pada perayaan Cheng Beng dilakukan pada H-10 hingga H+10. Namun untuk ketertiban ziarah Cheng Beng, kita berikan waktunya selama tiga hari. Sehingga pola ini meminimalisir kemacetan dan kepadatan di lokasi TPU. Mereka juga dapat berziarah dengan khusyuk," terangnya.
Pelaksanaan Cheng Beng, kata Chandra Husien, merupakan tradisi turun menurun warga Tionghoa di seluruh dunia terutama Tiongkok. Dimana, makna utama ziarah kubur ini sebagai bukti bakti dan hormat anak ke orangtua atau leluhurnya. Momen ini juga menjadi waktu yang tepat untuk bersilahturahmi dengan kerabat dan keluarga besar.
"Banyak pelajaran dan filosofi berkenaan Cheng Beng. Paling utama menjadi bukti bakti anak kepada orang tua dan leluhur yang terlebih dulu meninggal dunia. Dimana kita lihat peziarah yang datang memanjat doa pula untuk leluhurnya," tegasnya.
Pembimas Agama Budha Kanwil Kemenag Sumsel, Aris Cahyanto mengungkapkan dalam ajaran Buddha, menyayangi dan mendoakan sekaligus berziarah sangat penting. Sebab menurut tradisinya, momen ini bukti dan ketaatan anak ke orangtua dan leluhur. Dalam agama Budha, momen ini disebut juga pelimpahan jasa bagi kerabat, orangtua, dan leluhur yang meninggal. “Doa dan sutera atau varita kita baca untuk orangtua atau leluhur dan kerabat yang telah meninggal, karma baik atau jasanya dilimpahkan ke mereka yang meninggal ini," pungkasnya. (afi/fad)