Sekalipun hadits tersebut terjadi ikhtilaf dalam keshahihannya, akan tetapi hadits tersebut dapat menggugah semangat umat muslim yang beriman untuk bersemangat mengisi kegiatan bulan Ramadhan, terutama dengan pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan. Kemudian memaknai senang dalam kalimat hadits tersebut, tentu bukan hanya senang yang diaplikasikan dengan hura-hura, akan tetapi senang karena berharap akan rahmat dan berkah Allah Swt. Perihal inipun tergambar pada perilaku Rasulullah Saw. karena beliau sangat berharap akan kedatangan bulan Ramadhan, pada saat datang bulan Rajab beliau berdoa:
Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan sampaikanlah (pertemukanlah) kami dengan bulan Ramadhan.
Lalu, saat bulan Rajab telah berlalu, beliau Rasulullah Saw., terus optimis dan berharap ingin bertemu dengan bulan Ramadhan, dan doa tersebut terus dibacakan dengan menghilangkannya frase bulan Rajab.
Ya Allah, berkahilah kami pada bulan bulan Sya’ban dan sampaikanlah (pertemukanlah) kami dengan bulan Ramadhan.
BACA JUGA:Tips Menjaga Kesehatan Selama Bulan Ramadhan
BACA JUGA:7 Hal yang Penting Disiapkan dari Sekarang Sebelum Memasuki Bulan Ramadhan
Jelas sekali bahwa beliau bukan hanya meminta keberkahan bulan Rajab dan Sya’ban saja, akan tetapi beliau menginginkan dan merindukan agar umurnya sampai kebulan Ramadhan. Berarti Rasulullah Saw. menganggap bahwa bulan Ramadhan adalah moment yang paling utama untuk lebih meningkatkan amal dan ibadah. Beliau melakukan persiapan khusus sejak bulan Sya’ban, diantaranya dengan banyak melakukan puasa sunnah.
Persiapan-persiapan itulah yang mengindikasikan bahwa Rasulullah Saw. sangat senang dan berharap akan datangnya bulan Ramadhan. Oleh sebab itu persiapkanlah rohani atau batin kita sejak sekarang bulan Rajab dan Sya’ban, apakah kita sudah menata niat hati kita dengan baik? Kesenangan akan datangnya bulan Ramadhan tersebut apakah hanya kesenangan demi keuntungan duniawi saja, atau hanya untuk mencari besarnya pahala? Semoga di balik itu semua, kita menata niat dengan ikhlas, dan tidak hanya mencari keuntungan duniawi saja, akan tetapi ingin menggapai ridha Allah menjadi pribadi yang muttaqin.
Seorang ulama sufiSyekh Abdul Qadir Al-Jailani memberikan pesan-pesan rohani kepada kaum muslimin pada saat menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, agar kaum muslim menyucikan diri dari kesalahan dan dosa, dan bertobat dari kesalahan-kesalahan tersebut. Secara logika, kita pun apabila mendengar informasi akan kedatangan tamu sahabat kita, maka tentu kita akan mempersiapkan diri kita dengan memakai pakaian baik, merapikan ruang tamu sehingga tersusun rapi, memakai aroma/parfum, dan seterusnya. Begitu pula manakala kita akan kedatangan tamu agung yang bernama bulan suci Ramadhan, tentu kita harus mempersiapkan segala-galanya, karena tamu agung tersebut sangat diidam-idamkan kedatangannya.
BACA JUGA:Ditunggu-tunggu Umat Islam, Berikut 5 Keistimewaan Bulan Ramadhan
BACA JUGA:4 Tradisi Menyambut Ramadhan yang Masih Dijumpai di Kota Palembang
`Selanjutnya beliau berpesan agar kaum muslim berintrospeksi terhadap perilaku serta mengevaluasinya apakah terjadi peningkatan dari tahun ke tahun berikutnya atau stagnan atau bahkan mundur. Dengan demikian, Ramadhan bukan hanya dijadikan bulan untuk meningkatkan kuantitas ibadah saja, akan tetapi untuk memacu dan memicu ketulusikhlasan dalam beribadah di bulan Ramadhan. Sehingga Ramadhan kelak tidak hanya menjadi ajang meningkatkan jumlah ibadah tapi juga nilai ketulusan dan keikhlasan.
Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, (Al-Bayyinah: 5)
Di era media sosial teknologi informasi yang semakin canggih ini, kita bisa menyaksikan bagaimana sikap berlebih-lebihan di umbar, kebencian dipertontonkan, ketidakadilan terpapar, hoaks disebar, caci maki disasar begitu vulgar, dan bebagai macam hiruk-pikuk ada di media sosial. Semoga kita semua selamat dari akhlak tercelaini, mampu memanfaatkan bulan Sya’ban mubarak, sebagai pengantar untuk memasuki bulan Ramadhan Karim, dengan hati yang bersih, pikiran yang tenang, dan perilaku yang maslahat bagi semua orang. Aamiin.(*)