Namun, virus ini merupakan ancaman baru bagi beruang kutub yang sudah rentan dan terancam kehilangan habitat berupa wilayah es.
“Kekhawatirannya adalah bahwa kita tidak tahu secara keseluruhan apa yang dapat dilakukan virus ini pada spesies beruang kutub,” ungkapnya.
Beruang kutub tersebut ditemukan mati pada musim gugur yang lalu di ujung utara Alaska, dekat Utqiagvik.
Gerlach mengatakan kemungkinan beruang terinfeksi setelah memakan burung yang mati atau sakit.
H5N1 pertama kali diidentifikasi di China pada tahun 1996, dan sejak saat itu wabah telah tercatat di seluruh dunia.
Pada tahun 2020, muncul varian baru yang menyebabkan jumlah kematian yang belum pernah terjadi sebelumnya pada unggas. Ini menyebar ke Amerika Utara pada tahun 2021.
“Virus ini sudah di Antartika dan sekarang ada di Kutub Utara. Ini mengerikan,” kata Diana Bell, profesor emeritus biologi konservasi di University of East Anglia, dikutip The Guardian.
Infeksi ini dapat menambah tekanan tambahan dan berpotensi menghancurkan populasi Arktik yang sudah berada di bawah tekanan ekstrem akibat perubahan iklim.
Sehingga setiap kematian tambahan akibat penyakit atau virus dapat menjadi pukulan bagi spesies beruang kutub.
Persoalan virus ini menambah tekanan terhadap habitat dan sumber pakan.
Belum lagi perubahan iklim yang pelan-pelan mengurangi daya jelajah penguasa kutub utara itu.