SUMATERAEKSPRES.ID - Wabah virus flu burung atau H5N1 mungkin sudah tak asing lagi mengunfeksi banyak unggas di pemukiman manusia.
Namun, apa jadinya jika penyebaran virus tersebut bisa sampai ke kutub utara ?
Bahkan, efeknya tidak sekedar hanya dialami unggas. Namun, akan berpengaruh pada hewan predator yang memangnya unggas terkontaminasi flu burung.
Dampak mengerikan bisa saja terjadi, karena daerah kutub cukup terisolir. Sebagian besar penghuninya adalah hewan-hewan endemik yang cukup langka.
Bisa saja terinfeksi dan mengancam kelangsungkan ekosistem di habitat fauna kutub tersebut.
BACA JUGA:Dampak Polutan Buat Lebah Kesulitan, Kacaukan Ekosistem Alam, Ada Apa?
BACA JUGA:Tak Disangka, Orangutan Racik Ekstrak Daun Ini Untuk Obati Tubuhnya, Belajar Darimana?
Kini, virus ini merupakan ancaman baru bagi banyak mamalia liar. Setelah satu beruang kutub (Ursus maritimus) ditemukan mati di Alaska.
Ini adalah kasus pertama yang diketahui terjadi pada satwa yang habitatnya menempati daerah terpencil di Bumi.
Beruang kutub yang terinfeksi memberikan bukti lebih lanjut tentang betapa luasnya penyebaran virus H5N1 yang sangat patogen.
Virus ini juga telah menginfeksi berbagai jenis burung dan mamalia liar yang sangat luas.
“Jumlah mamalia yang dilaporkan terinfeksi terus bertambah. Tetapi ini adalah kasus beruang kutub pertama yang dilaporkan, di mana pun,” kata Dr. Bob Gerlach, dokter hewan negara bagian Alaska.
BACA JUGA:Ternyata Tempe Populer di Amerika Utara, Banyak yang Doyan?
BACA JUGA:Tenere, Disebut Pohon Paling Kesepian di Dunia, Kok Bisa?
Dalam kebanyakan kasus, virus ini tidak menyebabkan kematian massal pada populasi mamalia liar.