PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Siklus alam yang terjadi setiap delapan tahun sekali kembali menyapu Kawasan Kelurahan Sei Selincah, Kecamatan Kalidoni, kota Palembang.
Pasang air laut yang melanda rumah-rumah warga membawa kembali kenangan tahun 2003. Beberapa wilayah di sekitar terendam, terutama rumah-rumah yang terletak di dataran rendah.
Peristiwa banjir ini merupakan fenomena langka yang biasanya hanya terjadi sekali dalam siklus delapan tahun. "Namun kali ini, kejadian ini seperti pada tahun 2003 yang lalu," ungkap Muin, salah seorang warga sepuh.
Ia menambahkan bahwa volume air kali ini lebih tinggi dibanding sebelumnya. "Paling lama 1 minggu. Air naik sekitar pukul 14.00 WIB dan surut kembali pada jam 17 atau 18.00 WIB," tambahnya.
BACA JUGA:Motor Terendam Banjir ? Ini 5 Tips Bongkar Mesin Motor
BACA JUGA:Siap-Siap Pindah 3 TPS di Tegal Binangun, Antisipasi Banjir
Penyebab pasang air laut ini terutama berasal dari wilayah kelurahan Sei Selincah dan Sei Lais yang berdekatan dengan Sungai Musi.
Wilayah ini juga dikenal sebagai areal tanah payau, yang membuatnya rentan terhadap fenomena seperti ini. Meskipun tidak dapat dihindari, warga setempat telah menjalani kehidupan dengan kondisi ini selama puluhan tahun.
Sementara orang dewasa mungkin merasa terganggu oleh kejadian ini, anak-anak di kelurahan Sei Selincah justru merasa senang. Pasang air laut menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka.
Meski hanya sebatas mata kaki, anak-anak dengan lincahnya menyongsong petang dengan bermain air. Beberapa dari mereka terlihat asyik bermain sepeda di atas air pasang, menambah keseruan sore mereka.
BACA JUGA:25 Rumah Warga Terendam Banjir, Dampak Hujan Deras di Baturaja. Waspada, Ini Prakiraan BMKG
BACA JUGA:Dulu Dijuluki Venice Of The East, Kini Kota Palembang Dijuluki Kota Air Karena Sering Banjir
Kejadian ini juga menjadi momen berharga bagi anak-anak untuk berkumpul dan saling berinteraksi. Mereka saling tertawa dan bermain, melupakan sejenak kekhawatiran orang dewasa terhadap pasang air laut yang mungkin membawa dampak negatif terhadap rumah dan lingkungan mereka.
Sementara itu, para anak-anak tetap menikmati momen kecil ini sebagai bagian dari kenangan indah masa kecil mereka, di tengah siklus alam yang terus berputar setiap delapan tahun sekali.
Salah seorang ibu rumah tangga, Niar, juga mengatakan siklus pasang surt air di wilayah ini memang sudah biasa dirasakan warga.