PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Meskipun perayaan Imlek ini masih beberapa hari lagi, namun kesibukan sudah mulai terlihat di semua kelenteng dan vihara. Semua persiapan dilakukan untuk menyambut momen setahun sekali tersebut.
Semua ruangan di tempat ibadah warga Tionghoa tersebut dibersihkan termasuk patung para dewa. Tak lupa, memasang lampion dan pohon Mei Hwa, dua pernak – pernik ciri khas Imlek.
Ketua Walubi Sumsel, Tjik Harun SH mengatakan, secara umum tidak ada tema besar Imlek 2024 (Imlek 2575 Kongzili). “Lebih ke ibadah dan silaturahmi,” katanya, Selasa (6/2). “Menurut tradisi, saat Imlek, semua anggota keluarga kumpul. Jadi yang merantau, wajib pulang karena ini momennya hanya setahun sekali,” bebernya.
Malam jelang Imleks, semua anggota keluarga berkumpul di rumah untuk makan malam bersama. Setelah siangnya lebih dulu sembahyang kepada leluhur. Menurut tradisi, menu yang wajib ada saat makan bersama ini yaitu mie basah dan ikan bandeng.
BACA JUGA:Imlek Spesial, Aryaduta Usung “Keberuntungan dan Keuntungan “
BACA JUGA:Asal Usul dan Sejarah Angpao Dibalik Perayaan Imlek
Masing-masing melambangkan rezeki. Karena itu, dalam tradisi warga Tionghoa, saat makan mie tersebut tidak boleh digigit putus dan ketika makan ikan bandeng tidak boleh dibalik setelah satu sisi habis.
“Maknanya, mie disantap sampai ujungnya agar rezeki yang mengalir tidak terputus. Begitu pula ikan bandeng jangan dibalik, tapi angkat saja bagian tulangnya, supaya rezeki yang sudah bagus tidak berubah,” jelas Tjik Harun. Usai makan bersama, baru ke kelenteng untuk ibadah,” tuturnya.
Untuk buah, yang jadi symbol dan selalu ada dalam tradisi yakni jeruk. Juga melambangkan rezeki. Sedangkan untuk kue, salah satu yang harus ada yaitu apem. “Pakaian warna merah, tradisinya juga begitu. Melambangkan kegembiraan, keceriaan dan rasa optimis menyambut tahun depan,” tambahnya.
Dalam keluarganya, tak ada persiapan istimewa dan khusus. "Sama seperti sebelumnya. Paling beres-beres rumah. Kalau masak memang lebih banyak, karena walau tidak open house tapi setiap tahun ada teman dan saudara yang datang silaturahmi ke rumah,” jelasnya.
BACA JUGA:Sambut Imlek, Cuci Patung dan Rupang Dewa-Dewi, Ribuan Umat Bakal Ramaikan Kelenteng
BACA JUGA:Ucapan Imlek 2024 dalam 3 Bahasa, Mandarin, Indonesia, Inggris, Berikut Rekomendasinya
Tjik Harun menambahkan, selayaknya warga Tionghoa lain, dia dan keluarga juga menyempatkan bersilaturahmi ke rumah orang tua. Terkait persiapan di kelenteng, untuk kelenteng Dewi Kwan Im di 10 Ulu, beberapa hari lalu
menggelar ritual mengantarkan para dewa dan dewi ke langit, untuk melaporkan hasil dan catatan selama satu tahun berada di bumi. Itu rangkaian menyambut Tahun Baru Imlek. Setelah itu, encuci patung atau rupang para dewa dan dewi.
"Untuk mempercantik Kelenteng Dewi Kwan Im menyambut Imlek, ribuan lampion dan ornamen khas Imlek sudah kita pasang,” bebernya. Pada 22 Februari, barulah digelar perayaan Capgomeh. Dijelaskan Tjik Harun, Capgomeh merupakan perayaan penutup Imlek.