Material tersebut juga digunakan sebagai bahan pembuat superkonduktor, laser, optik elektronik, kaca dan keramik. Mineral ini juga dibutuhkan dalam pembuatan berbagai peralatan vital militer, mulai dari sonar kapal perang, alat pembidik meriam tank, hingga perangkat pelacak sasaran pada peluru kendali.
Hampir semua produk berteknologi tinggi saat ini, mulai dari televisi, telepon seluler, sampai mobil hybrid dan perangkat pemandu rudal nuklir membutuhkan material logam tanah jarang. Sebab itu permintaan logam tanah jarang terus meningkat.
Adapun sumber daya logam tanah jarang dunia terdapat di beberapa tipe endapan. China merupakan penghasil LTJ terbesar di dunia. Pasalnya, China memiliki endapan LTJ dalam bentuk primer berupa produk sampingan dari tambang bijih besi, dan sekunder berupa endapan aluvial dan endapan lateritik.
Selain China, LTJ juga dijumpai di Amerika Serikat, tepatnya Mountain Pass AS, lalu Olympic Dam di Australia Selatan di mana 1980-an ditemukan cebakan raksasa yang mengandung sejumlah besar unsur-unsur tanah jarang dan uranium. Selain itu, tersebar juga di Rusia, Asia Selatan, Afrika bagian selatan dan Amerika Latin.
Mengutip Booklet Tanah Jarang 2020 yang dirilis Kementerian ESDM, logam tanah jarang ini biasa digunakan pada industri strategis seperti kilang minyak, super konduktor, dan lainnya. Tak hanya itu, ini juga penting untuk kendaraan listrik dan peralatan militer.
Amerika pun sedang mendorong pengembangan LTJ dari daur ulang lampu neon tua. Adapun konsumen terbesar LTJ di dunia yaitu China dengan mengonsumsi 61% LTJ dunia.
Lantas, bagaimana dengan potensinya di Indonesia?
Dalam catatan Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Ditjen Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), logam tanah jarang tersebar di beberapa daerah di Indonesia, di antaranya adalah Provinsi Sumatera Utara sebanyak 19.917 ton.
Kemudian, di Provinsi Bangka Belitung, dengan jumlah LTJ berupa monasit sebanyak 186.663 ton, lalu senotim sebanyak 20.734 ton. Adapun di Kalimantan Barat terdapat sebanyak LTJ Laterit 219 ton dan Sulawesi Tengah LTJ Laterit 443 ton.
Menurut hasil survei dan pemetaan Badan Geologi, Indonesia memiliki 28 lokasi yang memiliki potensi LTJ. Setelah Pulau Sumatera, daerah dengan potensi LTJ terbanyak yaitu Kalimantan dengan tujuh titik, Sulawesi tiga titik dan terakhir Jawa dengan dua titik potensi.
Pulau Sumatera ternyata memiliki potensi logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth element (REE) terbanyak di Indonesia. Hasil survei dan pemetaan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, potensi itu ada di 16 titik .
logam tanah jarang paling banyak berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tepatnya di pertambangan timah. Ada puluhan bahkan ratusan ribu ton potensi logam tanah jarang di provinsi tersebut.
Bangka Belitung ada potensi logam tanah jarang sebanyak 186.663 ton dalam bentuk monasit dan 20.734 logam tanah jarang bentuk senotim.
Ada juga logam tanah jarang dalam bentuk laterit di Sulawesi Tengah sebesar 443 ton dan Kalimantan Barat sebesar 219 ton. Ada juga potensi di Sumatera Utara sebesar 19.917 ton.
Sebelumnya, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menemukan 'harta karun' berupa logam tanah jarang (rare earth) yang terkandung di lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur.