Memutus Siklus Kemiskinan Melalui Pendidikan

Minggu 28 Jan 2024 - 19:37 WIB
Oleh: tim

SUMATERAEKSPRES.ID - Malala Yousafzai, penerima Nobel Perdamaian, pernah berkata, "Satu buku, satu pena, satu anak, dan satu guru dapat mengubah dunia". Kata-kata ini sangat relevan dengan situasi di Sumatera Selatan.

Pendidikan adalah kunci untuk pengentasan kemiskinan. Pendidikan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan individu, yang selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas kerja dan pendapatan.

Menjelang Indonesia Emas 2045, Indonesia menargetkan penurunan tingkat kemiskinan yang signifikan. Target ini akan sangat sulit dicapai jika Sumatera Selatan tidak mengambil langkah-langkah inovatif terkait pengentasan kemiskinan.

Dinamika Kemiskinan di Sumatera Selatan

Sumatera Selatan masih menghadapi tantangan kemiskinan yang tidak ringan. Per Maret 2023, tingkat kemiskinan di Sumatera Selatan mencapai 11,78%. Angka ini masih berada di atas angka nasional yang sebesar 9,36%.

BACA JUGA:Kerja Keras Tangani Stunting-Kemiskinan

BACA JUGA:Fokus Tekan Kemiskinan Ekstrem

Tingkat kemiskinan antar kabupaten/kota juga beragam. Kota Pagar Alam memiliki tingkat kemiskinan terendah (8,88%) dan Musi Rawas Utara tertinggi (18,26%), menunjukkan eksistensi disparitas ekonomi, sosial, dan kultural antar kabupaten/kota.

Data pendidikan penduduk miskin di Sumatera Selatan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk miskin masih rendah dan merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan di provinsi ini.

Dalam publikasi Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota 2023,  BPS mencatat:lebih dari setengah (56,00%) penduduk miskin usia 15 tahun ke atas di Sumatera Selatan hanya menyelesaikan pendidikan dasar (SD/SMP). Lebih lanjut, sebanyak 17,69% penduduk miskinusia 15 tahun ke atas di Sumsel tidak tamat SD - berarti sekitar 17 - 18 dari 100 populasi penduduk miskin tersebut tidak memiliki akses pendidikan dasar yang memadai.

Tingkat pendidikan rendah menyebabkan penduduk sulit mendapatkan pekerjaan layak dan penghasilan tinggi, menyebabkanmereka terjebak dalam kemiskinan. Chamidah et al. (2020) mengungkapkan adanya hubungan negatif antara durasi pendidikan rata-rata dengan persentase kemiskinan, menegaskan bahwapeningkatan pendidikan memiliki dampak signifikan dalam mengurangi kemiskinan. Selain itu, pendidikan merupakan kunci penting dalam memutus siklus kemiskinan, seperti yang diungkapkan oleh Herianingrum et al. (2018) - pendidikan yang memadai memperbesar kemungkinan  untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik, yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan keluarga.BACA JUGA:Entaskan Kemiskinan, Perbaiki RTLH, Target 78 Rumah di Kawasan Plaju

BACA JUGA:Baznas Gulirkan Program Bedah RTLH Entaskan Kemiskinan

Strategi Intervensi

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan kemiskinan di Sumsel adalah dengan meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, terutama di daerah miskin. Fokus pada peningkatan akses pendidikan berarti memastikan bahwa anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Peningkatan akses pendidikan di daerah miskin bisa dilakukan dengan cara: penyediaan beasiswa untuk anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah dan pembangunan sekolah di daerah terpencil.

Selanjutnya, investasi di infrastruktur pendidikan merupakan salah satu strategi utama dalam upaya memerangi kemiskinan. Menurut Arma et al. (2018), belanja infrastruktur pendidikan memiliki peran krusial dalam mengurangi kemiskinan. Investasi ini meliputi tidak hanya pembangunan fasilitas fisik seperti gedung sekolah, tetapi juga pengembangan sumber daya manusia dan teknologi pendidikan. Efek positif dari investasi ini terhadap pengurangan kemiskinan menunjukkan bahwa investasi pemerintah dalam sektor pendidikan merupakan salah satu strategi utama dalam upaya memerangi kemiskinan.

Kategori :