KAYUAGUNG, SUMATERAEKSPRES.ID - Direktur Perumda Air Minum Tirta Agung, Mairil Afriyanto mengatakan tarif PDAM lama selama ini tidak bisa menutupi biaya operasional. Dan, satunya untuk menutupinya yakni menaikkan tarif pelanggan hampir 100 persen.
"Alhamdulillah bisa bayar gaji full untuk karyawan dan semoga hasil audit BPKP Perumda Air Minum Tirta Agung ini sakit kedepan bisa berubah," terangnya kemarin (26/1).
Walaupun tarif ini sudah naik hampir 100 persen, tapi masih dibawa SK Gubenur Sumsel Rp6.000/ meter kubik tarif atas Rp12 ribu pihaknya sebelumnya per10 ribu meter kubik Rp30 ribu sekarang jadi Rp50 ribu diatas 11 meter kubik lain lagi itupun masih dibawah harga baku produksi.
“Untuk itu hasil diskusi dengan para karyawan sepakat untuk melakukan kenaikan tarif. Untuk diketahui dalam 2 tahun terakhir benar-benar karyawan tidak menerima gaji selama 7 bulan dan sisanya dari 2 tahun itu digaji/ kinerja,” ujarnya.
BACA JUGA:Distribusi Air PDAM Tirta Prabujaya Kembali Normal
BACA JUGA:Tarif Air PDAM Picu Inflasi Sumsel, Oktober Inflasi 0,31 Persen
Kemudian soal tunggakan pelanggan di OKI ini masih cukup kecil, karena kesadaran pelanggan membayar kewajibannya masih tinggi. Kemudian sosialisasi kenaikan tarif sudah lama dilakukan sehingga reaksi negatif dari pelanggan kurang, mungkin mereka sudah paham.
“Kalau dihitung -hitung sangat tidak mungkinkan lagi dengan harga tarif lama untuk operasional setelah dilakukan ini, nantinya kedepan dari hasil audit BPKP sebelumnya sakit menjadi kurang sehat,” paparnya.
Ia menargetkan dalam rencana bisnis plant ia mendapat warisan hutang sebesar Rp 6 miliar dan siapapun disini harus menanggung resikonya. "Ini memang sangat berat tapi harus dijalani," bebernya.
Dalam rencana dalam draf bisnis yang sudah disusun 5 tahun kedepan hutang tersebut bisa diselesaikan. Ada beberapa upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan pelayanan.
Pihaknya melakukan beberapa upaya meningkatkan pelayanan pelayanan bagus penerimaan juga bagus. Tapi meningkatkan pelayanan butuh dana tapi dengan keadaan seperti ini tetap menjaga pelayanan. “Mestinya ada survei lembaga tapi keterbatasan biaya jadi melaksanakan survei langsung ke pelanggan dan hampir 100 persen tidak puas,” pungkasnya.(uni)