Dikisahkannya, kitab syair yang berjudul Kejayaan Kerajaan Raja Ali Haji dan kemudian berubah menjadi Abdul Muluk dicetak pertama kali di Singapura pada tahun 1845. Lalu, pada 1854 dibawa oleh Wan Bakar ke Palembang dan dibacakan olehnya sebagai di bilangan kampung Tanggotakat.
BACA JUGA:Segera Lamar! PT Pos Indonesia Buka Lowongan bagi Lulusan SD Hingga S1, Penempatan Seluruh Indonesia
BACA JUGA:12 Golongan Manusia yang Doanya Paling Mustajab di Muka Bumi, Apakah Kamu Termasuk?
Lama kelamaan, pembacaan Dulmuluk berubah menjadi bentuk teater pada tahun 1910-an dan berkembang terus hingga sekarang.
Masyarakat yang tinggal di Lorong Taman Bacaan meyakini Wan Bakar tinggal di sekitar Lorong Taman Bacaan. “Sepengetahuan saya, di sekitar lorong Taman Bacaan ini banyak sekali pelaku Dulmuluk diantaranya almarhum Umar, Wak Pet. Dan keluarga kami adalah pencinta teater Dulmuluk.
Pada setiap hajatan, kami selalu menanggap Dulmuluk. Jika tidak, pasti masyarakat bertanya, mengapa tidak menanggap Dulmuluk”, katanya.
Budayawan Palembang Vebri Al Lintani mendukung usulan Pedo tersebut karena Lorong Taman Bacaan yang dulu adalah kampung dulmuluk juga mendapatkan dukungan dari pelaku dulmuluk sendiri selain didukung oleh sejarah tentang naskah dulmuluk yang dibawa kesini oleh Wan Bakar.
BACA JUGA:Pakar Kesehatan Ungkap Tips Turunkan Berat Badan Tanpa Diet, Begini Caranya
“ Kita sudah mulai kemarin diskusi , ini tahapan kedua pementasan dulmuluk dan tahapan ketiga ada pelatihan-pelatihan dulmuluk,” katanya.
Sedangkan pemain dulmuluk senior Johar Saad lebih dikenal dengan nama Jonhar mendukung upaya pelestarian dulmuluk dan menghidupkan kembali kampong dulmuluk di Lorong Taman Bacaan.
“ Karena khan dalam sejarah itu dulmuluk berasal dari 16 Ulu Tanggotakat, sedangkan lorong taman bacaan ini asalnya ada dulmuluk dulunya, pemainnya lah meninggal galo disini, aku gabung dulmuluk disini tahun 1973 di 14 Ulu , di Sri Gunung,” katanya.
Menurutnya yang pertama kali membacakan naskah Dulmuluk adalah Wan Bakar namun salah satu orang Palembang bernama Wak Nanong tinggal 7 Ulu menonton dan mengingatkan apa yang dibacaan Wan Bakar sehingga Wak Nanong mengajarkan Dulmuluk .
“ Yang belajar Dulmuluk itu iyek kite iyek Kamaludin, Iyek Mesir lalu masuk jugo orangtuo dari Pak Ansori termasuk jugo uwong Lahat, Bangka Belitung belajar , nah tersiar Dulmuluk ini di Palembang dan Pemulutan , itu asalnya,” katanya.
Menurut Johar, secara umum struktur dan konsep pertunjukan Dulmuluk memiliki banyak kemiripan dengan teater tradisonal lainnya. Sebutlah seperti pertunjukan teater Bangsawan. Hanya saja, kata Johar, Dulmuluk mengangkat kisah dari syair karangan Raja Ali Haji yang berjudul “Sultan Abdul Muluk”.
(Namun, dalam sejumlah catatan sejarah disebutkan bahwa teks-teks syair Abdul Muluk sesungguhnya karangan penulis perempuan bernama Saleha, bukan karya Raja Ali Haji.