Jadwal Awal Puasa 1445 H Berpotensi Terbelah, Begini Metode Penetuan ala Muhammadiyah

Jumat 19 Jan 2024 - 15:35 WIB
Reporter : kholid
Editor : Alfery

Berbeda dengan pemerintah maupun Nahdlatul Ulama, yakni dalam menentukan awal bulan Ramadan dan Syawal adalah rukyatul hilal atau rukyah.

Penggunaan rukyatul hilal sebagai metode penentuan awal bulan dalam kalender Hijriah di nusantara sudah diyakini sejak Islam awal masuk ke nusantara.

Pada saat itu pelaksanaan rukyatul hilal hanya dilakukan dengan mata telanjang, tanpa menggunakan alat bantu apapun.

BACA JUGA:Seperti Apa Islam Menyikapi Perkelahian yang Mengakibatkan Hilangnya Nyawa Seseorang

Setelah kebudayaan manusia makin maju, maka dengan sponanitas pelaksanaan rukyatul hilal pun secara berangsur-angsur menggunakan sarana dan prasarana yang menunjang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Melansir dari nu.or.id, rukyatul hilal merupakan pengamatan atau observasi terhadap hilal.

Hilal merupakan lengkungan bulan sabit paling tipis yang berkedudukan pada ketinggian rendah di atas ufuk barat pasca matahari terbenam (ghurub) dan bisa diamati.

Cara pengamatannya terbagi menjadi tiga, mulai mengandalkan mata telanjang, mata dibantu alat optik (umumnya teleskop) hingga yang termutakhir alat optik (umumnya teleskop) terhubung sensor/kamera.

BACA JUGA:830 Janda Baru di OKU Timur, Berikut 8 Penyebab Perceraian yang Perlu Dihindari

Dari ketiga cara tersebut maka keterlihatan hilal pun terbagi menjadi tiga pula, mulai dari kasatmata telanjang (bil fi’li), kasatmata teleskop, dan kasat–citra.

Organisasi keagamaan yang menggunakan metode ini adalah Nahdlatul Ulama (NU). Meski menggunakan rukyatul hilal, tidak serta merta NU meninggalkan hisab atau ilmu falak.

NU memosisikan metode hisab sebagai alat bantu dalam pelaksanaan rukyatul hilal. Rukyatul hilal tidak akan bisa diselenggarakan tanpa hisab yang baik.

Untuk itu, NU memiliki sistem hisab jama’i, yang memperhitungkan segenap metode hisab yang berkembang di tubuh NU.

Kategori :