Nasib Sentra Penjualan Buku Bekas di Tengah Gempuran Digitalisasi
SUMATERAEKSPRES.ID - Penjualan buku bekas di depan Masjid Agung Palembang pernah berjaya pada era tahun 90-an. Deretan toko atau depot penjualan berjejar dan banyak dikunjungi. Tapi sekarang mulai banyak tutup, hanya sebagian saja bertahan karena pesatnya digitalisasi.
Agustina Saridewi - PALEMBANG
DI tengah arus globalisasi dan digitalisasi, mungkin minat membaca buku secara tekstual sudah berkurang, kendati sebenarnya sekolah tetap menggunakan buku sebagai media pembelajaran. Sekarang membaca buku atau mencari pengetahuan bahkan bisa via gadget, tidak mesti lewat buku lagi.
Buku cetak, majalah, komik, novel hard copy sudah bergeser ke bentuk online. Ini yang mungkin peminatnya makin tergerus.
Tak heran toko-toko atau depot penjualan buku bekas di depan Masjid Agung kini telah banyak yang tutup, walau masih ada yang mencoba bertahan. Dibanding masa emasnya, tentu penjualan sekarang tak bisa disamaka lagi. Sekarang bisa menjual belasan buku setiap hari pun sudah syukur.
BACA JUGA:Cik Ujang Serahkan Buku Memori Pembangunan 5 Tahun Menjabat
BACA JUGA:Perpusnas Bagi Buku Gratis
Pemilik depot buku bekas, Abu Usman mengatakan dirinya bersama rekan sesama penjual buku bekas tetap bertahan meski pembeli sudah jauh berkurang. "Masih ada peminatnya walau tak banyak, makanya kita tetap bertahan. Tapi dibanding tempo dulu jauh sekali," ungkapnya.
Diakuinya, minimnya penjualan buku bekas saat ini dipengaruhi banyak faktor. Selain perkembangan digitalisasi yang begitu masif, juga karena persaingan harga dan dampak pandemi Covid-19 selama 2 tahun. "Sejak pandemi Covid-19, hampir semua jenis penjualan dan pembelian oleh konsumen beralih ke online. Sejak itu pula penjualan kita merosot sampai 75 persen, kadang tidak laku sama sekali," ujarnya.
Karena itu pula penjual buku bekas terus berkurang jumlahnya. "Dulu masih ramai banyak, sekarang tinggal belasan toko saja," terangnya. Menurut Usman, buku bekas yang dijual di sini beragam, karena permintaan berbagai kalangan seperti buku sejarah, agama, politik, hukum, sosial, novel, komik, hingga majalah bekas.
BACA JUGA:3 Ide Kado untuk Temanmu yang Hobi Membaca Buku
BACA JUGA:Kinerja Luar Biasa, Indosat Sukses Bukukan Pendapatan Rp37,4 Triliun
"Pembelinya ada mahasiswa, orangtua, anak sekolahan," katanya. Adapun harga buku bekas mulai dari Rp15.000, buku pelajaran Rp40.000-Rp50.000, komik/novel Rp5 ribu sampai Rp20 ribu, majalah bekas, dan lain-lain.
Pemilik Toko Depot Buku Riski, M Idris mengatakan tren membeli buku bekas biasanya setiap ajaran baru, karena banyak orang tua, siswa, dan mahasiswa yang datang mencari buku. "Kita punya sekitar 500 koleksi buku, biasanya setiap ajaran baru mahasiswa, siswa dari TK sampai SMA ramai mencari buku disini. Tapi tidak pada hari biasa," pungkasnya. (*/fad)