Dari 11 Jenis Kanker, Penyebab Gaya Hidup
SUMSEL – Dari 11 penyakit kanker terbanyak di Sumsel, paling tinggi penderitanya kanker payudara. 809 kasus atau 19,63 persen. Disusul kanker serviks 489 kasus (11, 86 persen), dan kanker trakea/paru 257 kasus (6,32 persen). Kemudian, kanker limfoma non Hodgkin 237 kasus (5,75 persen). Kanker ovarium 233 kasus (5,67 kasus), kanker nasofaring 201 kasus (4,88 kasus) dan kanker Thyroid 181 kasus (4,39 persen). Kanker rektum 166 kasus (4,03 persen), kanker darah 135 kasus (3,28 persen). Kanker usus 131 kasus (3,18 persen) dan kanker kulit 100 kasus (2,43 persen). “Kanker payudara paling banyak berdasar data 2021. Untuk 2022 masih diinput kabupaten/kota datanya,” jelas Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel, dr Trisnawarman, kemarin (3/2). Yang memprihatinkan, hampir sebagian pasien kanker payudara baru datang ke fasilitas kesehatan dalam kondisi stadium lanjut. Padahal, jika lebih awal (stadium pertama), maka harapan hidup lebih besar. "Kalau dapat perawatan lebih awal, maka bisa membunuh sel kankernya," paparnya. Pemicu kanker ada banyak faktor. Mulai gaya hidup hingga faktor keturunan. Dominan karena gaya hidup tidak sehat, merokok, minum minuman beralkohol, kurang aktivitas (olahraga), junk food dan kurang makanan berserat baik buah maupun sayuran. “Kalau sudah terkena penyakit ini, pengobatannya seumur hidup,” imbuh dia. Untuk penanganan penyakit kanker dilakukan dokter spesialis Onkologi (bedah Onkologi). “Di Sumsel hanya ada lima dokter Onkologi. Karena itu, di rumah sakit, antrian pasien dokter ini sangat panjang,” tukasnya. Terpisah, Kabid P2P Dinkes Lubuklinggau, Hj Darlela mengatakan sepanjang Januari - Desember 2022 tercatat 23 kasus kanker. "20 kasus kanker payudara dan 3 kasus kanker paru. Jenis lain nihil," katanya. Darlela mengatakan, soal penanganan penyakit kanker di Kota Lubuklinggau cukup memadai. "Rumah sakit cukup, kalau sebatas pengobatan kanker stadium 1 atau 2 bisa. Tapi jika parah, dirujuk ke luar Lubuklinggau," katanya. Sementara, sepanjang 2022 RSUD HM.Rabain Muara Enim telah merujuk 11 pasien yang terkonfirmasi mengidap penyakit kanker. Sepanjang 2021 da 218 kunjungan dan 2022 turun jadi 83 kunjungan pasien kanker. “11 pasien itu dirujuk ke RSUP dr Mohammad Hoesin Palembang,” jelas Kabid Pelayanan Medik RSUD HM Rabain Muara Enim, dr Fauzi. Sembilan di antaranya temuan kasus baru, dua lainnya sudah terdata pernah melakukan kunjungan. "Kami belum melayani penanganan pengobatan kanker karena belum ada subspesialisnya. Semua masih dirujuk ke Palembang," terangnya. Ke depan memang ada rencana RSUD HM Rabain menjadi rumah sakit yang melayani penyakit kanker. Bahkan “spesialis” pasien kanker. "Kami tawarkan ke dokter spesialis yang ada untuk disekolahkan lagi mengambil subspesalis kanker," terangnya. Terpisah, Kabag Tata Usaha RSUD dr Ibnu Sutowo Baturaja Hadi Sukamto mengatakan, pihaknya juga belum bisa merawat pasien kanker. "Kita masih terkendala dengan tidak adanya sumber daya manusia (SDM), termasuk alatnya," ujar dia. Kasus kanker ini bisa banyak ditemukan. Bisa saja oleh dokter spesialis kulit, kandungan, paruh, bedah, dan sebagainya. Kabid P2P Dinkes OKU Andi Prapto mengatakan, untuk kasus kanker belum ada laporan masuk. Di RSUD Talang Ubi masih merujuk pasien kanker karena di rumah sakit tidak ada fasilitasnya. “Kami tidak ada fasilitas untuk pengobatan kanker. Karena itu, pasien dirujuk ke RSMH,” jelas Direktur RSUD Talang Ubi, dr Tri Fitriyanti. Kepala Dinkes Prabumulih, dr Hesti Widyaningsih mengatakan, penderita kanker terbanyak di Kota Prabumulih yakni didominasi kanker payudara. "Namun untuk detailnya harus cek data terlebih dahulu," terangnya. Sementara, biaya pengobatannya ditanggung oleh BPJS Kesehatan. "Namun di RS kita belum ada layanan untuk khusus kanker. Jadi masih rujukan ke Palembang untuk penanganan lanjutnya," tukasnya. (kms/yun/afi/lid/ebi/chy/)
Kategori :