Dengan metode ini, harga akan bervariasi menurut wilayah, dipengaruhi oleh penilaian masyarakat.
Daerah dengan keinginan membayar lebih tinggi dapat membenarkan harga yang lebih tinggi, sementara daerah yang menuntut tarif yang wajar sebaiknya tidak dikenai biaya yang berlebihan.
Sebagai contoh, waralaba di Bali mungkin menetapkan harga lebih tinggi karena daya beli penduduknya lebih besar dibandingkan dengan Jakarta.
3. Perhitungan Berorientasi Biaya
Pendekatan lain dalam penetapan harga adalah metode berorientasi biaya, yang mengatur biaya berdasarkan pengeluaran yang diperlukan untuk mengembangkan sistem bisnis waralaba tersebut.
BACA JUGA:Investasi Rp250 Miliar, Chery Siap Produksi Mobil Listrik di Indonesia
BACA JUGA:Berikan Kemudahan Investor Berinvestasi, Pemkab Banyuasin Siapkan Karpet Merah
Hal ini memerlukan perhitungan kualitatif dan kuantitatif yang tepat. Harga jual harus mencakup semua biaya produksi dan operasional, ditambah dengan keuntungan yang diharapkan.
Bagi calon pemilik bisnis waralaba, pemahaman mendalam untuk menghitung Franchise Fee dan Royalty Fee, sebagaimana dijelaskan di atas, menjadi hal yang sangat penting.
Semoga artikel mengenai cara menghitung franchise dan royalty fee ini menjadi sumber informasi yang berharga dalam menavigasi aspek penting manajemen waralaba.