Sebagai seorang pendidik tentu pernah membaca atau mendengar filosofi pendidikan tentang tujuan pendidikan oleh tokoh pendidikan Indonesia, Ki hajar Dewantara. Ki hajar Dewantara (KHD) menyampaikan bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Dari pandangan filosofi ini tentunya dibutuhkan pendekatan pembelajaran, model, metode, dan strategi yang memfokuskan pada kebutuhan personal murid dengan memberikan tingkat yang sesuai dengan kemampuan, minat, dan kebutuhan setiap murid. Guru akan berusaha mengakomodir kebutuhan tersebut dengan menyesuaikan cara mengajar, materi, dan evaluasi terhadap kemampuan setiap siswa sehingga setiap siswa dapat belajar dengan efektif. Sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan peserta didik, pada Implementasi Kurikulum Merdeka ini kita dikenalkan dengan model pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi Menurut Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul “How to Differentiate Instruction in Mixed-Ability Classrooms” pembelajaran diferensiasi berarti mencampurkan semua perbedaan untuk mendapatkan suatu informasi, membuat ide dan mengekspresikan apa yang mereka pelajari. Dengan kata lain bahwa pembelajaran diferensiasi adalah menciptakan suatu kelas yang beragam dengan memberikan kesempatan dalam meraih konten, memproses suatu ide dan meningkatkan hasil belajar setiap murid, sehingga murid-murid akan bisa lebih belajar dengan efektif. Praktik pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya memaksimalkan potensi murid, namun juga memberikan kesempatan kepada mereka untuk mempelajari berbagai nilai-nilai kehidupan yang penting. Nilai-nilai tentang indahnya perbedaan, menghargai, kekuatan diri, kesempatan yang setara, kemerdekaan belajar, dan berbagai nilai lainnya yang akan berkontribusi terhadap perkembangan diri mereka secara lebih holistik. Oleh karena itu, guru perlu memahami bagaimana mempraktikkan pembelajaran berdiferensiasi dan mengelolanya secara efektif di kelas. Lantas bagaimana praktiknya? Pada kelas yang melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, guru juga harus proaktif menemukan dan melakukan perencanaan dengan berbagai cara untuk mengoptimalkan bagaimana murid-muridnya belajar. Guru dapat merencanakan bagaimana murid belajar dengan melakukan pemetaan terlebih dahulu berdasarkan tingkat kesiapan belajar murid (readiness), minat (interest), dan gaya belajar (profile) setiap murid-muridnya. Pertama, kesiapan belajar (readiness) merupakan kapasitas murid untuk mempelajari materi baru. Murid yang sudah memiliki pengetahuan mengenai apa yang akan dipelajari (background knowledge), memahaminya, dan memiliki keterampilan yang baik, bisa jadi lebih sukses dan bisa mencapai tugas yang diberikan disbanding murid yang sama sekali belum memiliki pengetahuan tentang apa yang akan dipelajari. Kesiapan belajar murid juga dapat diukur dengan melihat apakah murid di kelas berada pada level belajar abstrak atau konkret. Maka guru harus mempertimbangkan tingkat kesiapan murid dengan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai. Kedua adalah Minat (interest) adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respon terarah kepada situasi atau objek tertentu. Minat merupakan motivasi penting bagi murid agar dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Guru mempertimbangkan minat murid dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan menghubungkan murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid. Ketiga yaitu gaya belajar murid (profile). Pada tahap ini dapat dilakukan dengan wawancara, observasi, atau survey menggunakan angket, dan lain-lain. Gaya belajar murid mengacu pada cara-cara bagaimana mereka sebagai individu paling baik belajar. Memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan gaya belajar mereka bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara alamiah dan efisien. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. Sebaiknya sebagai seorang guru diperlukan tindakan untuk mengamati apakah siswa lebih tertarik padahal yang bersifat visual, auditori, atau kinestetik. Dari ketiga poin ini tentunya dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru mengajarkan materi dengan mempertimbangkan tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar peserta didik. Guru juga dapat mengubah isi pelajaran, proses pembelajaran, produk atau hasil pembelajaran yang diajarkan, dan lingkungan belajar di mana siswa belajar. Guru dapat melayani peserta didik yang diajar sesuai dengan keadaan masing-masing selama melaksanakan proses pembelajaran ini. Adanya dengan Profil Pelajar Pancasila pada Implementasi Kurikulum Merdeka, pembelajaran dengan paradigm baru berfokus pada penguatan kompetensi dan karakter yang sesuai. Pembelajaran ini dirancang dengan prinsip pembelajaran berdiferensiasi sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan tahapan perkembangan prestasi belajar dan kebutuhan belajarnya. Setiap siswa membutuhkan kesempatan belajar yang sesuai, termasuk yang disesuaikan dengan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian belajarnya. Diferensiasi pembelajaran merefleksikan kita sebagai seorang guru bahwa sejatinya keragaman layanan yang diberikan oleh karakteristik peserta belajar yang berbeda. Ketika siswa tiba di sekolah, mereka memiliki berbagai perbedaan dalam kemampuan, pengalaman, bakat, minat, bahasa, budaya, gaya belajar, dan banyak factor lainnya. Akibatnya, tidak adil jika guru hanya memberikan materi pelajaran dan menilai siswa dengan cara yang sama untuk semua siswa di kelas. Guru harus memperhatikan perbedaan siswa dan memberikan pelayanan yang memenuhi kebutuhan siswa. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan guru untuk memenuhi kebutuhan setiap peserta didik. Implementasi pembelajaran berdiferensiasi Berdasarkan ketiga aspek kebutuhan belajar murid di atas, guru dapat melakukan pembelajaran diferensiasi agar kebutuhan belajar setiap murid terpenuhi secara optimal. Diferensiasi dapat dilakukan pada tiga hal yaitu konten, proses, dan produk. Diferensiasi konten berhubungan dengan apa yang diajarkan pada murid dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar murid baik itu dalam aspek kesiapan belajar, minat, dan gaya belajar atau kombinasi dari ketiganya. Diferensiasi proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai informasi atau materi yang dipelajari. Guru perlu memahami apakah murid akan belajar secara berkelompok atau mandiri. Guru menetapkan jumlah bantuan yang akan diberikan kepada murid-murid. Siapa sajakah murid yang membutuhkan bantuan dan siapa sajakah murid yang membutuhkan pertanyaan pemandu. Semua itu harus menjadi pertimbangan dalam rencana pembelajaran yang akan dibuat. Diferensiasi produk berkaitan dengaan hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan kepada guru. Produk adalah sesuatu yang ada wujudnya (tangible), bisa berbentuk karangan, tulisan, hasiltes, presentasi, pidato, komik, infografis/poster, petakonsep, video, rekaman audio, podcast, dan sebagainya. Produk atau hasil karya ini harus mencerminkan pemahaman murid dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran berdifernsiasi yang diterapkan di dalam kelas akan memberikan dampak positif bagi murid, kelas itu sendiri, maupun bagi sekolah. Dampak dari kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi misalnya setiap orang merasa disambut dengan baik, murid dengan berbagai karakteristik merasa dihargai dan diakui keberadaannya, merasa aman, ada harapan bagi pertumbuhan, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, ada keadilan dalam bentuk nyata, murid dan guru berkolaborasi, kebutuhan murid terfasilitasi dengan baik. Dengan kebutuhan belajar setiap murid yang terfasilitasi dan terlayani dengan baik ini diharapkan hasil belajar setiap murid akan optimal. (*)
Kategori :