PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Universitas Negeri Sriwijaya (Unsri) kembali menambah dua guru besar. Yakni Prof Dr Rinto SPi MP sebagai guru besar bidang Ilmu Mikrobiologi Hasil Perikanan pada Fakultas Pertanian (FP) Unsri. Kemudian Prof Dr Rizki Palupi SPt MP sebagai guru besar bidang Ilmu Nutrisi dan Produksi Ternak Unggas pada FP Unsri.
Rektor Unsri, Prof Dr Taufik Marwa SE MSi mengatakan guru besar yang dikukuhkan hari ini keduanya dari Fakultas Pertanian. Mereka guru besar ke 104 dan 105 di Unsri. "Dengan bertambahnya dua guru besar baru, maka total guru besar Unsri menjadi 105 orang. Harapan kita paling tidak ada enam orang lagi dikukuhkan dalam waktu dekat ini atau hingga akhir tahun," ujarnya usai acara, kemarin. Pada tahun 2023 Unsri menargetkan ada penambahan 24 orang guru besar.
Prof Dr Rinto SPi MP menjelaskan peningkatan produktivitas industri pertanian, peternakan, maupun perikanan bukan hanya dilakukan dengan meningkatkan jumlah produksi. Namun juga menjaga dan meningkatkan masa simpan produk. "Berbagai teknologi pengawetan untuk menjaga masa simpan produk-produk makanan telah berkembang secara tradisional di berbagai wilayah di Indonesia, di antaranya di Sumsel," ujarnya.
Dia melanjutkan Sumsel merupakan salah satu daerah penghasil ikan air tawar terbesar di Indonesia dan produk-produk olahan ikan tradisional, di antaranya bekasam/pekasam, rusip dan terasi. "Permasalahan yang dihadapi saat ini terhadap produk-produk olahan tradisional perikanan adalah “image” terhadap produk tradisonal yang dianggap sebagai produk nomor dua, terbuat dari bahan baku sortiran, kurang higienis, kandungan gizi yang rendah, kurang bermanfaat dan tidak bersifat kekinian “convenience”, apalagi di era digital dan pemasaran online yang berkembang pesat saat ini," ucapnya.
Selain itu, lanjut dia, berbagai produk fermentasi negara-negara lain berkembang dan mendunia, di antaranya kimci dari Korea, Sauerkraut dari Jerman, Yoghurt, dan Fermented Dairy Product dengan penambahan probiotik yang berkembang pesat dari negara Jepang, Narezushi, Heshiko, dan Miso yang merupakan produk fermentasi ikan Jepang.
"Oleh sebab itu diperlukan upaya transformasi untuk meningkatkan status produk-produk olahan tradisional, khususnya Sumsel yang dapat meningkatkan image, kebermanfaatan produk, serta bersifat kekinian, sehingga mampu bersaing dan dapat dikembangkan menjadi salah satu produk unggulan menyongsong Indonesia Emas 2045," jelasnya.
Prof Dr Rizki Palupi SPt MP mengatakan industri peternakan merupakan industri strategis karena sebagai penyedia protein hewani yang sangat dibutuhkan masyarakat modem. Katanya, daging ayam dan telur merupakan sumber protein hewani yang bermutu tinggi dan perlu dikonsumsi oleh anak-anak dan orang dewasa, karena asam amino yang terkandung dalam daging ayam dan telur tidak saja berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, tetapi juga berfungsi dalam memperkuat daya tahan tubuh, membangun otot, mendukung metabolisme, dan sebagai sumber energi.
"Namun sebagian konsumen mulai membatasi konsumsi daging ayam dan telur, karena dianggap sebagai sumber kolesterol yang dapat mengganggu kesehatan dan sebagai penyebab utama timbulnya berbagai penyakit generatif dalam masyarakat," ujarnya.
Lanjut dia, peningkatan prevalensi penyakit degeneratif di Indonesia, memotivasi para peneliti untuk mengeksplorasi senyawa-senyawa antioksidan yang berasal dari sumber alami. "Penyakit degeneratif adalah istilah medis digunakan untuk menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi sel syaraf tanpa sebab yang diketahui, yaitu dani keadaan normal sebelumnya ke keadaan yang lebih buruk," pungkasnya. (nni/fad)