Kepala BMKG Sumsel, Wan Dayantolis menyampaikan pada akhir Oktober III curah hujan terkonsentrasi di wilayah barat Sumsel dan sedikit bagian tengah.
"Pada bagian Timur/Tenggara seperti OKI, curah hujan masih rendah dan belum terjadi secara meluas," sampainya, Sabtu (4/11).
Dampaknya masih tinggi kemunculan hotspot yang menyebabkan terjadinya asap karhutla ke arah barat seperti Palembang hingga Muara Enim.
"Konsentrasi PM 2.5 yang merupakan indikator adanya partikulat pada seperti residu kebakaran meningkat selama Oktober III ini," jelasnya.
Adapun Prakiraan hujan untuk awal November (November I) menunjukkan adanya potensi hujan yang meningkat tipis dimana akumulasinya berkisar 20-75 mm.
"Akumulasi tertinggi diprakiraan terjadi pada bagaian tengah ke arah utara hingga barat laut dari Sumsel," ujarnya.
Secara umum kejadian hujan masih fluktuatif sebagaimana perilaku pada masa transisi dimana hujan akan terjadi secara sporadis dan belum meluas, utamanya pada bagian timur-tenggara Sumsel.
"Hal ini tentu menyebabkan potensi kemunculan hotspot masih ada dan masih mengirim asap ke wilayah barat/utara Sumsel mengikuti pergerakan angin saat ini," jelasnya.
Pihaknya mengimbau dengan wilayah Sumsel mulai memasuki masa peralihan musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan yang turun pada dasarian I November diprakirakan masih dalam kategori Rendah hingga Menengah dan sifat hujan sebagian besar Bawah Normal.
"Tapi potensi terjadinya titik panas (hotspot) di wilayah Sumsel masih sangat besar.
Masyarakat diharapkan terus waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang timbul selama periode ini, seperti hujan disertai petir dan angin kencang, serta selalu menjaga kesehatan dan lingkungan dari potensi bahaya kebakaran hutan dan lahan," paparnya. (tin/fad)