PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Produktivitas beras menjadi perhatian pemerintah terutama pada saat dihadapkan pada fenomena el nino saat ini. Karena itu produktivitas padi para petani Sumsel terus didorong. Dengan dampak fenomena el nino yang sangat besar, dibutuhkan infrastruktur pertanian yang mendukung agar produktivitas padi meningkat.
Penjabat Gubernur Sumsel, Agus Fatoni, mengatakan, pihaknya berupaya agar produktivitas pertanian tetap maksimal meski di tengah musim kekeringan dampak fenomena el nino. “Secara keseluruhan produktivitas pertanian di Sumsel cukup. Namun kita tetap mendorong para petani Sumsel dapat terus meningkatkan produktivitasnya. Pemda juga tentunya membantu memastikan infrastruktur pertanian,” jelasnya, Jumat (19/10).
Agus menegaskan stok beras di Sumsel mencukupi dan aman, bahkan pihaknya terus berupaya memastikan masyarakat bisa mendapat beras berkualitas dengan harga terjangkau. “Kami bekerja sama dengan seluruh stakeholder untuk memastikan kebutuhan beras bagi masyarakat Sumsel terpenuhi,” jelasnya.
Pengamat Pertanian yang juga Direktur Yayasan Depati dan Aktivis Lingkungan Sumsel, Ali Goik mengatakan infrastruktur pertanian punya peran penting dan menjadi kunci utama dalam menjaga stok pangan di Indonesia, khususnya padi atau beras.
“Infrastruktur sudah baik, karena petani sudah jarang bekerja secara manual. Mereka telah menggunakan mobil alsintan. Di Muara Sugihan Banyuasin, beras dan jagung masih menjadi komoditi yang banyak ditanam petani. Jika dikelola dengan baik, akan menjadi lumbung pangan,” jelasnya.
Menurut Ali, hingga saat ini pemerintah masih mampu menjaga kebutuhan pangan dalam negeri, meskipun Indonesia masih mengalami kekeringan atau musim el nino. “Pemerintah sangat mampu menjaga kebutuhan pangan dalam negeri jika dikelola dengan baik. Jika tidak dikelola dengan baik, hasilnya akan hancur,” tambahnya.
Di Banyuasin, lanjut Ali, lumbung pangan sebenarnya sudah cukup untuk Sumsel. Apalagi ditambah daerah lain seperti Belitang, OKU Timur. “Hasil produksi padi akan melimpah ruah, belum lagi tambahan dari kabupaten lain seperti Muba, Palembang, perbatasan Palembang Gandus, dan lainnya,” jelasnya.
Meski demikian, panen yang terjadi saat ini justru membuat petani kecewa karena harga gabah turun akibat impor beras. “Jadi jangan menyalahkan fenomena alam el nino, padahal manajemen pengelolaan pangan harus diperbaiki. Kecuali petani selesai panen, baru masuk beras dari luar, tidak akan masalah. Ini malah sebaliknya, petani akhirnya menjerit,” terang Ali.
Ia menyarankan terkait infrastruktur pertanian agar petani diberikan peningkatan kapasitas, seperti cara menanam yang baik. “Seperti di Sumbar, ada tanaman padi yang bisa panen tiga kali dalam setahun tanpa harus menanam,” katanya.
Ali menekankan teknologi tersebut harus ditularkan ke seluruh petani di Indonesia, termasuk di Sumsel. “Jika hasil pangan disumbangkan ke daerah luar, itu akan lebih baik. Lucu jika Indonesia dijuluki Lumbung Pangan, tetapi masih harus membeli beras dari luar negeri,” ungkap Ali.
Pelaksana Tugas Menteri Pertanian, Arief Prasetyo mengatakan persediaan beras diharapkan mencukupi hingga akhir tahun 2023. Kementan berencana memasok sekitar 640 ribu ton beras mulai dari bulan Oktober hingga Desember. “Stok beras InsyaAllah cukup, kemudian juga ada tugas dari Pak Presiden, sebanyak 640 ribu ton harus digelontorkan Oktober, November, Desember. Ada kemungkinan juga Desember apabila diperlukan, akan diberi bantuan pangan untuk 21,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM),” pungkasnya. (yun/fad)