SUMATERAEKSPRES.ID - Di tengah ramainya pasar baju bekas yang berkembang pesat di seluruh dunia, ada banyak cerita dan kontroversi yang tak terduga mengelilingi dunia fashion secondhand ini. Bahkan penjualanannya sempar dilarang di Indonesia.
Artikel kali ini akan membawa kita untuk menjelajahi beberapa alasan di balik kontroversi penjualan baju bekas yang mungkin belum pernah Anda dengar.
Ketakutan akan Kuman dan Kesehatan yang Tidak Wajar
Salah satu alasannya adalah kekhawatiran akan kebersihan dan kesehatan. Beberapa orang cemas bahwa baju bekas bisa menjadi sarang bakteri, tungau, atau bahkan penyakit kulit yang mengerikan.
Meskipun kekhawatiran ini bisa sedikit berlebihan, namun masih cukup untuk membuat sebagian dari kita menarik napas berat sebelum memutuskan untuk berburu baju bekas.
Tantangan Bagi Industri Pakaian Baru
Penjualan baju bekas juga telah menjadi pesaing serius bagi industri pakaian baru. Semakin banyak orang yang mendapatkan kecintaan pada baju bekas, semakin sedikit permintaan untuk produk pakaian baru. Ini memicu kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi dan peluang kerja di industri tekstil yang baru.
BACA JUGA:Bisa Beli di Indomaret, Skincare Murah ini Mampu Angkat Komedo
BACA JUGA:Kenali Cara Mengetahui Skincare yang Tepat untuk Kulitmu
Isu Lingkungan
Seiring bertambahnya kesadaran lingkungan, banyak yang mendukung penjualan baju bekas sebagai upaya untuk mengurangi limbah tekstil. Namun, ada juga pandangan sebaliknya bahwa penjualan baju bekas bisa mengurangi dorongan produsen untuk menciptakan produk yang ramah lingkungan dari awal.
Kualitas yang Kurang Memadai
Terkadang, baju bekas yang ditawarkan mungkin memiliki gaya yang sudah ketinggalan zaman atau kualitas yang memprihatinkan. Sebagian orang lebih memilih untuk membeli pakaian baru agar bisa tampil bergaya dengan produk berkualitas tinggi atau mengikuti trend mode terbaru.
Ketatnya Aturan Merek Terkenal
Banyak merek terkenal memiliki kebijakan ketat dalam menjaga produk mereka agar tidak beredar di pasar baju bekas. Mereka khawatir akan hilangnya citra merek dan masuknya produk palsu ke pasar secondhand.