*Bantuan BNPB-BRIN, 1-6 Oktober
PALEMBANG – Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) berupaya menanggulangi kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada musim kemarau yang kian parah di Provinsi Sumsel. Salah satunya menggelar salat Istisqo memohon kepada Allah SWT meminta turunkan hujan di halaman Griya Agung, Sabtu (30/9). Selain dihadiri langsung oleh Gubernur Sumsel, H Herman Deru, juga unsur Forkompinda dan masyarakat umum. “Semua ini untuk kita, mudah-mudahan doa kita dalam salat Istiqo ini diijabah oleh Allah SWT. Sekali lagi ini bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi kepentingan masyarakat dunia, Indonesia, dan Sumsel,” ujarnya di sela-sela acara. Dia pun meyakini kegiatan ini tak hanya dilak-sanakan di Provinsi Sumsel semata, di belahan dunia pun termasuk Indonesia, juga banyak dilaksanakan. Dengan harapan hujan bisa turun membasahi bumi Allah.“Ini memang dianjurkan dan kondisi Sumsel sama dengan kondisi di setiap su-dut negara dan dunia. Terdampak el nino, kita rasakan kemarau. Karenanya kita harus melaksanakan Istisqo. Berbeda dua tahun kemarin, kita hanya merasakan la nina, jadi tidak melaksanakan salat Istisqo,” kata dia.Diakuinya, pada masa la nina, dua tahun lalu kemarau masuk dalam kategori basah. “Masih ada hujan dalam kurun waktu tertentu, tetapi el nino ini agak keras sedikit pecaknyo. Bayangkan ada saja wilayah di Sumsel 30 hari tanpa hujan (HTH). Kita tidak hanya pikirkan diri kita, tetapi flora dan fauna. Tata kelola air irigasi sudah kebingungan mengelola air yang mana,” ujarnya. Bahkan, sambung Gubernur, biasanya di bulan-bulan ini masih ada panen padi sawah ratusan ribu hektare. “Tetapi kali ini sebagian gagal panen. Jadi doa kita tidak diperuntukkan bagi diri sendiri, namun bagi seluruh masyarakat Sumsel pada khususnya dan masyarakat Indonesia dan dunia umumnya,” ulangnya. Jadi, Gubernur mengajak memanjatkan doa melalui salat Istisqo dan doa mandiri bersama. “Kita mohon diturunkan hujan. Tadi saya bacakan ayat sukur surat ibrohim. Masih untung kita, karena di Timur Tengah, setahun cuma hujan sekali,” katanya. Beberapa hari lalu ketika ia ke Muba, hujan turun. Tetapi sebatas menyirami saja, kemungkinan hotspot menjadi nol pada saat itu. Namun di beberapa wilayah lainnya, OKI, Banyuasin, Muara Enim, Pali, OI bagaimana? “Meskipun kita tahu cerita ISPU dan ISPA, ini adalah cerita tak berhenti. Tapi sekarang teknologi begitu gencar, antara lain realtime pemberitaan melalui medsos,” ungkapnya. Ketika dulu waktu ia SMA tak heran dengan adanya asap seperti ini.
“Dulu kita kita sering katakan kabut, tetapi saat ini berbeda. Selalu kita cari kambing hitam, menyalahkan petani, si A, si B. Sebenarnya ini tanggung jawab bersama. Dengan adanya kejadian ini saya dan Forkompinda kena bully melebihi orang yang bakar hutan. Bukan kita kurang upaya tetapi sebatas mana kemampuan kita hadapi posisi ini,” jelasnya.Dengan melaksanakan salat Istisqo lanjutnya, bukan berarti menyerah. “Kenapa kita berdoa, karena kita punya Sang Pencipta. Jadi di sua-sana pagi ini kita mengajak semua untuk bersama-sama mencegah dan mengendalikan, memadamkan dengan cara saat ini Istisqo. Coba lihat teman-teman kita bagaimana masyarakat yang tergabung dalam Pokmas, TNI, Polri di lapangan mereka kesulitan,” jelasnya. Dia pun setuju dengan peringatan yang diberikan oleh segenap masyarakat melalui medsos. “Tapi jangan lupa semangati saudara kita, yang memegang selang, mempertaruhkan nyawa, menjadi kapten atau pilot helikopter yang kadang tidak terlihat bawahnya. Harus mondar mandir bawa water bombing. Kita berikan semangat,” pintanya. Dalam suasana seperti ini, Gubernur juga berharap masyarakat dapat menggunakan masker untuk menjaga kesehatan, terutama anak-anak. Selain salat Istisqo, Pemprov Sumsel melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga melakukan upaya menyemai hujan secara teknologi untuk mengatasi karhutla dan kabut asap. “Kita manfaatkan peluang adanya awan hujan. Dalam waktu 6 hari ke depan kita akan melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC). Dengan harapan bisa menghasilkan hujan buatan pada beberapa lokasi yang rawan karhutla di Sumsel,” ujar Kepala BPBD Sumsel, M Iqbal Alisyahbana. Dia menerangkan pesawat untuk TMC sudah berada di Palembang dan sudah bergerak. “Tadi (kemarin, red) langsung menebar garam,” katanya, kemarin (1/10).
Penebaran garam dilakukan karena ada potensi awan hujan di atas udara 3 wilayah, yakni Banyuasin, OKI, dan Palembang. “Alhamdulillah sudah ada hasilnya. Ada turun hujan di daerah,” bebernya. Pihaknya pun berterima kasih kepada H Herman Deru yang hingga hari terakhir masa jabatannya masih fokus mengatasi karhutla. “Beliau langsung berkoordinasi ke BNPB dan BPBD Sumsel guna menggelar TMC pada 1-6 Oktober,” pungkasnya.Ustaz H Solihin Hasibuan mengajak masyarakat banyak membaca istighfar. “Perbanyak istigfar, hujan akan diturunkan. Kita tidak ada apa-apa. Allah yang memiliki semua,” ajak Solihin pada kegiatan salat Istisqo. “Segala puji bagi Allah yang selalu memberikan nikmat,” katanya. (iol)
Kategori :