*Pemkab OI Gelar Salat Minta Hujan
OGAN ILIR , SUMATERAEKSPRES.ID- Musim kemarau kali ini cukup berdampak pada beberapa sumber air di Ogan Ilir yang mulai mengalami kekeringan.
Salah satu contoh yang sangat telihat adalah daerah perairan rawa di Tanjung Pering.
Saat ini kondisinya kering kerontang, biasanya cukup banyak digenangi air seluas mata memandang. Kini kering sampai terlihat dasar tanah yang retak-retak.
Selain itu, rerumputan hijau di lingkungan Kompleks Perkantoran Terpadu (KPT) Tanjung Senai, Indralaya juga tampak kering kecoklatan.
Di sisi lain, dampak belum turunnya hujan karhutla di wilayah OI juga sering terjadi di wilayah lahan yang mengering.
Menindaklanjuti hal itu, Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir segera menggelar salat istisqo atau salat minta hujan.
“Insya Allah salatnya kita mulai pukul 07.30 WIB Selasa, (19/9),” cetus Kabag Kesejahteraan Rakyat Ogan Ilir Ahmad Albatani.
Ia mengatakan salat istisqo ini akan dipusatkan di Lapangan Tanjung Senai Indralaya.
"Rencananya salat istisqo ini akan dipimpin KH Karim Umar sebagai imam dan Dr Fahmi Umar LC sebagai khatib.
Digelarnya salat istisqo ini akan diikuti seluruh pegawai Pemkab Ogan Ilir," ujarnya.
Pihaknya juga memperbolehkan apabila masyarakat Ogan Ilir turut serta mengikuti salat istisqo ini.
Digelarnya salat istisqo ini, lanjutnya, dalam rangka mengharap rida dari Allah SWT.
“Supaya dapat mendatangkan hujan di wilayah Ogan Ilir khususnya dan Sumatera Selatan umumnya,” tuturnya.
Diakuinya, saat ini wilayah Kabupaten Ogan Ilir tengah memasuki musim kemarau panjang. Akibatnya, lahan menjadi kering dan sumber air di sebagian besar wilayah Ogan Ilir sudah tidak ada.
"Karena kering ini membuat lahan banyak yang terbakar. Akibat kebakaran lahan tersebut, kita juga diserang asap," tukasnya.
Dirut PDAM Tirta Ogan, Nurdin menambahkan, surutnya permukaan air sungai yang mengering cukup berdampak dalam distribusi air baku ke masyarakat.
Kekeringan menyebabkan, debit ketinggian sumber baku air PDAM Tirta Ogan makin surut. Sehingga, pihaknya perlu menambah pipa beberapa meter agar air tetap dapat tersedot dengan baik.
"Debitnya mungkin tidak maksimal dibanding jika tidak tersambung. Karena memang kan elevasinya dari permukaan air bertambah tinggi.
Karena airnya surut pengaruhnya debitnya kurang. Tinggal pintar-pintar menyesuaikannya, walaupun yang kami lakukan tidak semua pas di masyarakat," jelasnya.
Diantaranya seperti di Tanjung Pinang dan Tanjung Raja dan daerah lainya. Sumber baku airnya ditambah perpanjangan pipa sekitar 2 meter lebih.
"Biasanya bermasalah di daerah pengairan yang di ujung. Ada yang biasanya dapat air hidupnya 2 jam, sekarang jadi 1 jam.
Biasanya kami distribusi air di jam 8 malam, tapi akhir-akhir ini dinaikan sampai jam 12 malam.
Ada penambahan jam operasional untuk mengcover kebutuhan air yang makin banyak di musim kemarau," ujar Nurdin.
Salah satu mengatasi kekurangan air itu adalah dengan menambah jam operasional. “Namun, dengan risiko biaya per meter kubik meningkat karena kebutuhan listrik dan bahan kimianya juga meningkat,” katanya. (dik)