Percepat Capaian Penurunan Stunting

Selasa 12 Sep 2023 - 22:41 WIB
Reporter : Irfan Sumeks
Editor : Irfan Sumeks

PALEMBANG -  Penurunan angka stunting ditarget 2024 mencapai 14 persen dan saat ini baru 21,6 persen, artinya setiap tahun pemerintah perlu menurunkan prevalensi stunting sekitar 3,8 persen. Perlu diketahui selama upaya penurunan angka stunting tak pernah ada rekor turun hingga 3,8 persen. Meski begitu pemerintah melalui BKKBN tetap optimis angka stunting akan turun sesuai target yang dicanangkan pemerintah.

Diketahui Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka stunting turun dari 24,4 persen di 2021 menjadi 21,6 persen pada tahun lalu. “Adapun target RPJMN 2024 sekitar 14 persen,” ungkap Program Manager Sekretariat Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting BKKBN, Ipin ZA Husni dalam acara Diskusi Jurnalis dengan tema “September Jadi Penentu Stunting”, yang digelar BKKBN, di Ruang Media Center BKKBN Pusat Jakarta, Senin (11/9).
Ia menambahkan dalam upaya penurunan prevalensi stunting tak ada pengalaman menurunkan hingga 3,8 persen dalam setahun. Ketika itu terjadi di tahun ini maka akan menjadi rekor baru. Penurunan paling jauh saat ini terjadi periode 2018-2019 yang pernah turun hingga 3,1 persen angka stunting secara nasional. Meski begitu ia tetap optimis rekor baru akan tercipta dalam penurunan angka stunting. Pada 2018-2019 tidak ada kolaborasi sekuat sekarang bahkan edukasinya tidak semasif sekarang. “Namun kita bisa turunkan 3,1 persen. Sekarang 2023 dengan gegap gempita tentang tengkes dan kerja sama dengan 19 K/L terlibat termasuk provinsi, kabupaten/kota, hingga desa serta pendampingan sudah tersedia,” katanya.
Dengan infrastruktur yang lengkap, bukan hal mustahil bisa menurunkan 3,8 persen setiap tahunnya. Penurunan stunting sudah dilakukan secara maksimal oleh pusat hingga kader di akar rumput. Terdapat 9 layanan intervensi spesifik untuk penurunan prevalensi stunting yang sedang dikejar pemerintah. Pertama, ibu hamil KEK yang mendapat tambahan asupan gizi. Kedua, ibu hamil yang mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) 90 tablet selama masa kehamilan.
Kemudian remaja putri yang mengkonsumsi TTD. Ke empat bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat air susu ibu eksklusif, anak usia 6-23 bulan mendapat makanan pendamping air susu ibu (MPASI). Ke enam anak berusia di bawah 5 tahun gizi buruk yang mendapat pelayanan tata laksana gizi buruk, anak usia di bawah 5 tahun (balita) yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya, balita gizi kurang yang mendapat tambahan asupan gizi. dan balita yang memperoleh imunisasi dasar lengkap.
“Waktunya masih ada di semester depan dan ada 9 indikator yang perlu dicapai untuk penurunan stunting. Spesifikasi ini punya 30 persen dalam penurunan stunting,” ujar dia. Dari kesembilan layanan intervensi spesifik tersebut, baru faktor kedua ibu hamil yang mengkonsumsi TTD 90 tablet selama masa kehamilan yang sudah melampaui target sementara sisanya belum terpenuhi. Masih ada waktu hingga akhir tahun dan 2024 agar semua target bisa terpenuhi secara maksimal.
Di waktu bersamaan Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN, Sukaryo Teguh Santoso mengatakan dalam upaya percepatan penurunan stunting, pemerintah akan lebih memprioritaskan intervensi terhadap keluarga berisiko stunting.  Selanjutnya untuk pencegahan stunting difokuskan pada wilayah kecamatan hingga ke tingkat RT. “Mengapa kecamatan? Karena merupakan wilayah yang paling dekat dengan keluarga,” tuturnya. Di wilayah kecamatan inilah para petugas di lini lapangan bergumul dengan tugasnya, dibantu  para Pembina Pembantu Keluarga Berencana Desa (PPKBD) dan sub PPKBD  melakukan sosialisasi, penyuluhan, dan pelayanan. Saat ini sedikitnya terdapat 14 ribu Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB). Mereka tersebar di berbagai pelosok dan dalam menjalankan tugasnya  dibantu PPKBD atau kader KB yang jumlahnya jutaan. Cukup efektif karena PPKBD, yang telah mengantarkan program KB menggapai sukses,  menyebar hingga tingkat RT/RW di seluruh wilayah Indonesia.  (dod/fad)
Tags :
Kategori :

Terkait