*Prof Dr Hj Fauziyah SPi, Guru Besar Bidang Ilmu Eksplorasi Sumber Daya Hayati dan Akustik Kelautan FMIPA Unsri
SUMATERAEKSPRES.ID - Mimi atau kepiting tapal kuda atau belangkas (Horseshoe Crab) adalah salah satu hewan yang digolongkan dalam kelompok Xiphosura.
Sebangsa laba-laba purba. Hewan laut ini punya banyak manfaat luar biasa. Perairan Banyuasin salah satu habitatnya.
Meneliti seputar kepiting purba ini mengantarkan Prof Fauziyah menjadi guru besar Fakultas MIPA Unsri pada 5 September 2023 lalu.
Fokus penelitiannya, eksplorasi sumber daya mimi di Indonesia. Mengulik potensi, status, ancaman dan alternatif solusi pemanfaatan yang bertanggung jawab.
Dari berbagai literature, mimi merupakan hewan dari famili limulidae. Dikenal sebagai living fossils dan phylogenetic relicts.
BACA JUGA : Internasionalisasi FKIP Unsri: Dua Mahasiswa Asing Meriahkan Agenda OrientasiJenis kepiting ini hidup di dasar laut. Panjang total tubuhnya dapat mencapai 85 cm. Secara umum, tubuhnya terdiri dari tiga bagian utama, yaitu prosoma, opisthosoma, dan telson.
“Saat ini hanya empat spesies mimi saja yang masih ada,” ujar Prof Fauziyah. Spesies dimaksud, mimi Amerika yaitu Limulus polyphemus. Tiga lainnya spesies mimi Asia, terdiri dari Carcinoscorpius rotundicauda, Tachypleus tridentatus dan Tachypleus gigas.
Sebaran geografis mimi Amerika, hidupnya terutama di pantai timur Amerika Utara. Sedangkan tiga spesies Asia umumnya ditemukan di perairan pesisir Indo-Pasifik. Adapun di Indonesia, berdasarkan beberapa studi sebelumnya, mimi Asia terdapat di perairan Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Dengan kata lain, perairan Indonesia merupakan habitat potensi penyebaran mimi Asia. Setidaknya telah ditemukan pada 62 kabupaten/kota pada perairan empat pulau besar itu. Salah satu habitat mimi Asia di Sumatera ada di Sumatera Selatan (Sumsel). Tepatnya wilayah perairan Kabupaten Banyuasin,
"Ternyata inisiasi eksplorasi sumber daya mimi di perairan Banyuasin telah dimulai sejak tahun 2019.
Ditemukan 2 species mimi yaitu Carcinoscorpius rotundicauda dan Tachypleus gigas," tutur wanita berkacamata kelahiran Cirebon, 31 Desember 1975 itu.
Peta sebaran mimi di perairan Banyuasin digali dari persepsi masyarakat setempat. Dari 24 lokasi di Banyuasin, terungkap bahwa mimi paling banyak ditemukan pada 18 titik di perairan Taman Nasional Sembilang (TNS).
Eksplorasi terhadap sumber daya mimi tersebut kemudian dilanjutkan dengan analisis DNA melalui kerja sama riset dengan Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Desain Protein, Pusat Penelitian Bioteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional, Cibinong, Bogor.
Variasi morfometrik Carcinoscorpius rotundicauda dan Tachypleus gigas juga telah dianalisis dan dipublikasikan di jurnal internasional oleh Prof Fauziyah.