Palembang - Kecamatan Seberang Ulu 1 dan Seberang Ulu 2 Kota Palembamg, terdata masih memiliki data stunting tertinggi. Hal ini ini diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel, Dr Trisnawarman kepada anggota DPRD Provinsi Sumsel khususnya Daerah Pemilihan I (Dapil Satu). Yakni anggota DPRD Provinsi Sumsel Dapil 1 dikoordinatori Hj Anita Noeringhati. SH. MH., Mgs H Syaiful Padli. ST. MM., Prima Salam., H Kartak SAS., Ir Yudha Rinaldi., serta H Chairul S Matdiah. SH. MH. Dalam kesempatan itu, Kadinkes mengatakan seluruh daerah saat ini dihadapkan pada masalah stunting. Dimana dari hasil survei diketahui angka stunting di dua kecamatan dalam Kota Palembang masih cukup tinggi. Dan sejauh ini pihaknya terus melakukan intervensi gizi pada multi sektor untuk menurunkan angka stunting. "Sejauh ini kami melakukan intervensi gizi, multi sektor.dan penurunan stunting," kata dr Trisnawarman. Sebenarnya, revitalisasi program penanggulangan serta pencegahan stunting sudah dimulai pada 2018 yang lalu. Ditambah lagi, adanya program GSMP yang juga merupakan upaya Pemerintah Provinsi Sumsel untuk menekan angka stunting.
“Semoga melalui pertemuan ini dapat tingkatkan koordinasi lintas sektor. Sehingga stunting dapat ditekan dalam rangka menyongsong bonus demografi dan Indonesia Emas 2045,” harap Trisnawarman.Koordinator Dapil 1 yang juga Ketua DPRD Provinsi Sumsel, Hj RA Anita Noeringhati. SH. MH., menyampaikan di hadapan Kepala Bapelkes Dewi Oktaria, serta seluruh kepala puskesmas yang ada di Kota Palembang memang angka stunting cukup tinggi. Dan dalam anggaran biaya tambahan (ABT) pihaknya sudah melakukan penurunan stunting dengan cara memberikan dana kepada setiap desa dan kelurahan. “Untuk masing-masing desa Rp20 juta, sedangkan untuk tiap kelurahan kita berikan Rp25 juta,” jelasnya kepada peserta yang hadir. Hanya saja sambung Anita, ABT tidak terserap dan serapannya sedikit sekali. Sehingga untuk mengatasi permasalahan gizi anak di bawah 5 tahun, pihaknya mengumpulkan semua kepala puskesmas yang ada di Kota Palembang. Anggota DPRD berharap mendapatkan solusi ataupun unek-unek dari pihak puskesmas sepanjang dalam rangka melaksanakan pencegahan hingga penanggulangan stunting. Seperti dijelaskan Kepala Puskesmas 1 Ulu, Kecamatan SU 1 Palembang, Elin Oktamaria. S.Kep. M.Kes., dimana jumlah anak stunting yang dia dapatkan datanya hingga Juli 2023 kemarin mencapai 38 anak. Dalam melakukan penanganan anak kurang gizi dan stunting, pihaknya terus melakukan upaya serta inovasi.
“Salah satunya adalah mengajak setiap hari Jumat, memberikan makan tambahan kepada anak yang mengalami stunting. Jadi kami diberikan dana dari pihak luar sekitar Rp500 ribu setiap Jumat. Dan ini kami berikan untuk makanan tambahan kepada 25 anak yang mengalami stunting,” ujarnya.Yang jelas, sambung Elin, setiap puskesmas tentu ada strategi masing-masing. Elin juga mengatakan pihaknya selalu mendeteksi anak-anak stunting, agar di kemudian hari tidak lagi bertambah. “Dari 38 yang ada kami harapkan terus berkurang. Dan ke depan yang harus dilakukan adalah mencegah dari awal,” kata dia. Hal lain yang dilakukan adalah mengunjungi tempat anak-anak terkena stunting. Dari tahun 2022, angka stunting terus mengalami penurunan dari 44 orang anak menjadi 38 orang anak. Terpisah, Kepala Puskesmas Kampus, Revi, mengatakan stunting sangat sulit penanganannya. “Tidak hanya diberikan makan 2, 3 bulan sampai 1 tahun. Namun selama kami ukur adalah tinggi dan berat badan,” jelasnya. Revi juga menjelaskan upaya pencegahan lainnya yang dilakukan puskesmas adalah memperhatikan remaja putri untuk tidak sampai anemia.
“Remaja putri yang juga memasuki pra nikah harus cukup gizi. Dan ketika hamil juga harus dilakukan pemeriksaan. Intervensi stunting sendiri lanjutnya kalau sudah kena tidak bisa dilakukan intervensi. Biasanya apalagi umur dari anak tersebut sudah melebihi 5 tahun ke atas,” ungkapnya.Jadi memang upaya pencegahan yang lebih utama diintensifkan. Revi juga menerangkan, stunting merupakan karakterisik keluarga. “Biasanya jika anak pertama sudah terkena stunting, maka yang kedua stunting dan seterusnya stunting. Jadi kami juga minta peran masyarakat sekitar. Mungkin harus ada budaya malu, baik dari ketua RT dan lain lain. Sehingga masalah stunting akan dapat ditekan dan terdeteksi sejak dini,” kata Revi. Sementara itu, Camat SU I, Mukhtiar Hijrun, S.STP. M.Si., menjelaskan kepada koran ini jika pemerintah kecamatan bekerjasama dengan puskesmas terus melakukan upaya pencegahan stunting. Pihaknya juga memiliki program Gerakan Tuntaskan Stunting (GETAS). Melalui program ini menurut Hijrun, dia mengajak stake holder terkait untuk terus bekerjasama sehingga angkat stunting dapat terus ditekan dan diharapkan ke depan zero stunting. (iol/lia)