Suka Duka Halima, Petugas PPEP Kecamatan Sungai Keruh, Muba
Menjadi tenaga pertanian memang sudah keinginan Halima. Tantangan apa pun dia hadapi. Meski harus menempuh jalan rusak dan rawan begal, Halima tetap semangat memberikan ilmunya untuk meningkatkan pengetahuan petani. Bagaimana kisahnya? PERTANIAN maju, inilah yang diinginkan Halima. Dia ingin agar petani dapat lebih meningkatkan produksi tanaman yang ditanamnya. Tentunya ini tak bisa serta merta terwujud. Petani butuh pendamping dalam mengolah kebun dan tanamannya. Untuk membantu petani, Halima ikut serta menjadi petugas PPEP. Sejak menjadi petugas PPEP, Halima ditugaskan di Desa Rantau Sialang Kecamatan Sungai Keruh, Muba. Wilayah binaannya ini berjarak sekitar satu jam perjalanan dengan mengendarai motor dari rumahnya di Desa Kertajaya. Setiap hari, Halima harus mengunjungi para petani di desa tersebut sebagai binaannya. Dari tempat tinggalnya, Desa Kertajaya ke Desa Rantau Sialang ini lumayan jauh. Dikelilingi kebun karet dan sebagian kelapa sawit. Sekitar satu jam perjalanan dengan motor. Sayangnya jalannya tak mulus. Saat hujan jalan licin. Batu-batu sebagai penimbun lubang ukurannya besar-besar. Sulit dilintasi. Jalan harus dilintasi dengan ekstra hati-hati.Bahkan Halima pernah alami kecelakaan saat melintasi jalan tersebut. ‘’Kejadiannya sudah lama sekitar tahun lalu,motor yang saya kendarai terbalik. Batu-batu yang ada di jalan besar-besar jadi saya kehilangan kendali,’’ ujar Halima.Dalam kejadian itu, Halima mengalami lecet-lecet. Tak hanya jalan yang rusak, lokasi yang harus dilalui menuju desa binaannya pun rawan begal. ‘’Sudah pernah kejadian. Memang sih lokasinya sepi,’’ ujarnya. Kondisi ini sering membuat Halimah khawatir. Apalagi setiap harinya dia pulang sore. ‘’Mau menginap di desa binaan kasihan anak saya dua orang masih kecil-kecil, jadi saya harus pulang,’’ ujar alumni STMA Sembawa Jurusan Perkebunan.
Karenanya, untuk keamanan dan kenyamanan pulang, terkadang Halima mencari teman yang sama-sama jurusannya ke Desa Kertajaya. ‘’Kita lakukan konvoi saat melintas,’’ katanya.Tapi jika memang tak ada tempat untuk pulang bersama, Halima terpaksa pulang sendiri meski diliputi rasa khawatir.
‘’Saya hanya berharap pertolongan dari yang Kuasa, sepanjang jalan saya berzikir meminta perlidunganan-Nya,’’ ujar wanita berkulit putih lahir 3 Februari 1988.Walau banyak rintangan, tetapi Halima tetap semangat menjalani tugasnya sebagai PPEP. ‘’Saya inginkan agar pertanian semakin meningkat. Bisa memanfaatkan lahan semaksimal mungkin. Jangan biarkan lahan kosong dan ditumbuhi semak belukar. Walau kecil lahan sangat berharga jika dimanfaatkan,’’ katanya. (sms)
Kategori :