PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Gempuran budaya asing yang kian masif dan menyasar kaum muda haruslah ditangkal.
Salah satu penangkalnya keberadaan organisasi dan paguyuban dengan ragam etnis dan suku yang berbeda.
"Paguyuban dan organisasi dengan etnis berbeda-beda ini menjadi benteng untuk menahan laju masuknya budaya asing dengan berbagai macam pengaruhnya,
" sebut Gubernur Sumsel, H Herman Deru dalam sambutannya di peringatan Hari Lahir (Harlah) Ke-3 Ikatan Keluarga Banyuwangi (Ikawangi) Sumsel di OPI Convention Centre, kemarin (30/7).
Deru juga meyakini resonansi dan etos kerja yang luar biasa telah ditunjukkan keluarga Banyuwangi yang ada di Sumsel.
Ini dapat mendukung program Pemprov Sumsel mewujudkan “Sumsel Maju Untuk Semua”. Dia mengaku sangat terpukau dan takjub menyaksikan tarian kolosal Gandrung Sewu yang ditampilkan di acara ini.
Dia pun tak segan mengundang agar tarian ini untuk dapat pula ditampilkan di Griya Agung.
“Saya mengundang untuk dapat tampil di Istana Gubernur karena tarian kolosal Gandrung Sewu dan kekompakannya sangat luar biasa,” imbuh mantan Bupati OKU Timur ini.
Dengan ragam etnis dan budaya yang ada, Deru pun mengajak bersatu membangun Sumsel.
Dia pun meminjam istilah manajemen sapu lidi, karena apabila hanya sendiri tidak akan berarti apa-apa. Tapi jika bersatu niscaya akan menjadi perkuatan, salah satunya di bidang politik dan ekonomi.
Ketua Ikawangi Sumsel, H Suroso, menyampaikan penghargaan dan apresiasinya kepada Pemprov Sumsel yang telah memberikan ruang sangat luar biasa bagi paguyuban etnis di Sumsel untuk dapat tumbuh dan berkembang.
Pada kesempatan itu, turut pula diserahkan secara simbolis pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Sumsel Babel (BSB) kepada Ikawangi Sumsel sebesar Rp1 miliar.
Turut hadir Ketua Umum Ikawangi, Mayjen Rusdi Ma'sum, Ketua Umum Ikawangi Sumatera NU Hidayat, dan Ketua DPRD Sumsel, Hj RA Anita Noeringhati SH MH. (kms/fad)