Siapa yang tidak kenal dengan Rizky Febian, artis muda berbakat ini meski berada pada lingkungan keluarga yang juga menggeluti dunia seni, namun ternyata belajar menyanyi bukan dari orang yang dipanggil khusus oleh orang tuanya, tetapi “hanya” melalui youtube. Atau Rapper muda asal Indonesia Rich Brian yang hijrah ke Amerika, konon katanya belajar berbahasa asing dan nge rap secara autodidak “hanya” lewat aplikasi-aplikasi online yang telah ada dan tersedia di internet. Rizky Febian, Rich Brian dan banyak yang lainnya merupakan contoh dari produk belajar “tanpa kelas, tanpa guru”. Contoh-contoh tersebut sebenarnya cukup banyak kita temui di masyarakat bahkan diri kita sendiri, sebutlah youtube yang membuat orang bisa belajar banyak hal dari belajar Bahasa asing sampai memasak dan bermain musik. Zoom yang bisa mempertemukan siswa dengan gurunya dibelahan bumi manapun Fenomena di atas sedikit banyaknya menggambarkan bahwa profesi guru jaman now tidaklah mudah. Persaingannya bukan hanya dengan guru-guru dari luar negeri, bimbingan-bimbingan belajar, tetapi juga berbagai platform yang bisa digunakan untuk pembelajaran mandiri seperti metaversa, roblox, tiktok, ruang guru,linked in bahkan teman-temannya termasuk Chat GTP dan Artificial intelligent. BACA JUGA : Mahasiswa : Berdiri Sama Tinggi, Duduk Sama Rendah Platform pembelajaran yang sangat beraneka ragam dan terkadang seperti permainan membuat anak asyik dan lupa akan waktu. Kondisi tersebut sangat bersebrangan dengan pembelajaran konveksional di saat siswa mendengarkan guru berbicara dan mengerjakan berbagai tugas di ruang kelas dalam kondisi monoton sepanjang hari. Padahal menurut salah satu penelitian yang dilakukan Baker dkk (2010) pembelajaran yang menantang akan membuat siswa terus berpikir, penasaran, dan keingintahuan yang besar dengan tugas yang diberikan guru ternyata lebih berdampak secara kognitif dari pada pembelajaran yang monoton dan membosankan. Meskipun dunia pendidikan yang terkait dengan transfer ilmu dan keterampilan di luar sana begitu gegap gempita namun masih ada beberapa guru yang berpikiran untuk mengabaikan saja. Dalihnya ialah “peran guru dalam kelas tidak tergantikan”. Hal ini diperkuat dengan argumen kejadian kasus covid baru-baru ini yang memaksa peralihan teknologi Pendidikan, namun ternyata menyebabkan banyak terjadinya lost learning pada siswa kita. Sementara kelompok yang lainnya memandang bahwa guru adalah dirijen dalam kelas, semua platform yang tersedia dan terus berkembang selayaknya dapat diseleksi dan digunakan sebagai alat (tools) oleh guru, guru demikian disebut dengan guru kreatif.
Kategori :