*Hadapi Anak Tegas Bukan Keras
Mendidik anak tak semudah membalikkqn tangan. Butuh trik khusus agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan normal. Salah satunya anak jangan terlalu sering dimarahi. Apa dampaknya? TAK ada anak yang sempurna. Tak ada juga anak yang selalu berbuat baik, sering kali anak melakukan kesalahan yang membuat ayah bunda marah. Ini merupakan hal yang wajar. Tetapi ayah bunda jika anak berbuat salah atau bikin kesel jangan dimarahi habis habisan ya Bun. Ini tentunya akan berdampak pada mental anak. Bimbing terus anak anak. Beritahu secara pelan pelan jika dia berbuat salah. Jangan langsung menvonis dia bersalah. "Kadang saya terbawa emosi jika si kecil berbuat salah," ujar Wawan, orangtua. Bahkan, dia juga sering menghukum. Bisa dengan memukul atau mencubitnya. "Memang setelah itu dia nurut tapi tak berapa lama dia kembali melakukan kesalahan. Saya kadang bingung apa yang harus saya lakukan agar si kecil paham yang dilakukannya itu salah," ujarnya. Senada dikatakan Usman. Ingin anak lelakinya tumbuh seperti yang diinginkan membuatnya terkadang gelap mata. Dia selalu menghukum buah hatinya jika berbuat salah.'"Jika sudah berkali kali melakukan kesahalan yang sama terkadang saya hilang kendali. Tapi saya selalu berusaha agar tak main pukul. Paling saya hukum, " katanya.Terkadang apa yang telah dilakukannya kepada anaknya membuatnya menyesal. "Saya langsung minta maaf," ujarnya. Devi Delia, M. Psi., Psikolog anak RS Charitas Palembang mengatakan, saat anak sering dimarahi karena kekeliruan yang ia lakukan (misalnya saat membuat kesalahan dalam mengerjakan tugas sekolah), maka keyakinan dalam dirinya pun dapat terhambat. "Anak dapat menjadi tidak percaya diri karena merasa selalu gagal dan tidak mampu memenuhi ekspektasi ayah bundanya," jelasnya Katanya, anak belajar dengan me-modelling perilaku orangtuanya. Terlalu sering memarahi anak dapat membentuk perilaku agresif dalam diri anak. "Anak jadi belajar menghadapi situasi yang tidak diinginkan dengan amarah," ujarnya. Saat orangtua sering memarahi anak, dengan dasar atau alasan untuk mendisiplinkan anak, maka anak melakukan sesuatu (mengikuti perintah yang ada) lebih karena dilandasi rasa takut. "Bukan karena memahami mengapa ia harus melakukan hal tersebut. misalnya lari-lari terus dimarahi." Pada akhirnya, karena perilaku anak lebih dilandasi rasa takut, maka anak pun akan berusaha agar ia tidak dimarahi. Salah satunya bisa dengn perilaku berbohong (karena takut dimarahi). Orang tua sebaiknya menanggapi perilaku tidak baik anak dengan cara tegas bukan keras.
"Karena ingat, meskipun mungkin dianggap cara instant untum membuat anak mengikuti perkataan ayah bunda (karena takut tadi), namun pemahaman moral dalam diri anak tersebut pun akan sulit terbentuk dengan baik,"urainyaIa menegaskan, bantu anak belajar dari kesalahannya. Bukan dengan memarahi. Untuk anak lebih kecil bisa dengan konsekuensi. Misalnya, kalau lari-lari jadi jatuh, sehingga anak menyadari konsekuensi atas perilaku lari-lari tersebut. "Jadi berikutnya anak pun akan lebih berhati-hati. Khusus anak yang lebih besar dapat dilakukan lewat komunikasi dan pemahaman,"sambungnya lagi Lebih jauh dijelaskan, orang tua berusaha menenangkan diri. Saat mulai terpancing untuk marah, tarik nafas panjang dan ingat dampak negatif jika tetap memarahi anak. "Lebih baik, menenangkan diri sebentar dan kembali membahas perilaku anak setelah diri sudah lebih tenang,"tandasnya. (nni)
Kategori :