*Industri Elektronik Sharp Berkontribusi pada Karbon Netral PALEMBANG - Selama empat dekade, peningkatan suhu bumi karena efek pemanasan global sebegitu masif. Data Rudebusch (2019) yang dirilis Bank Indonesia (BI), pada tahun 1980 suhu bumi masih 0,25 derajat celcius, tapi di 2020 naik menjadi 1 derajat celcius. Hal ini memicu perubahan iklim yang berdampak pada lingkungan, gelombang panas, kenaikan permukaan air laut, penurunan hasil perikanan, kepunahan tanaman, hewan dan terumbu karang, curah hujan tinggi, hingga pergeseran musim kemarau lebih lama dari normalnya.
Perubahan iklim menimbulkan risiko fisik (banjir, badai, kekeringan) dan risiko transisi yang berimplikasi pada instabilitas moneter dan sistem keuangan. Dalangnya peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat per 28 Juli 2022, berdasarkan laporan inventarisasi GRK dan MPV 2020, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, produksi emisi GRK di Indonesia telah mencapai 1,86 miliar ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e). Jumlah itu meningkat pesat dibanding 2 dekade sebelumnya. Tahun 2001 masih sebesar 461,4 juta ton, sementara 2002 sebesar 742,3 juta ton. Sektor penyumbang emisi GRK salah satunya berasal dari industri dan penggunaan produk (industrial process and production use/IPPU) sebesar 60,175 juta ton atau 3,22 persen (2019), sementara yang tertinggi penggunaan energi fosil 638,8 juta ton atau 34 persen. Tanpa adanya upaya mitigasi, Badan Meteorologi Dunia (WMO) memprediksi kurun waktu 5 tahun, kenaikan suhu bumi bisa mencapai 1,5 derajat celcius atau melebihi nilai ambang batas komitmen kesepakatan Paris. Karena itu sektor-sektor terkait, seperti industri elektronik harus ikut berperan menurunkan emisi GRK melalui penggantian atau rekayasa teknologi dengan yang rendah karbon. Sharp Corporation sebagai perusahaan multinasional asal Jepang turut merealisasikan aksi nyata pengendalian perubahan iklim. Visi Sharp menargetkan penurunan emisi GRK sebesar 60 persen tahun 2035. Dengan cara mengontrol emisi karbon dari produktivitas bisnisnya, mengembangkan bisnis di bidang peralatan dirgantara dan otomotif, memperluas bisnis PPA (perjanjian pembelian tenaga listrik sistem fotovoltaik), dan mempercepat penelitian sel surya dengan teknologi terbaru. Sejatinya, kepedulian Sharp terhadap lingkungan sudah dimulai sejak pengembangan pembangkit listrik fotovoltaik pertama kali. Setelah berhasil memproduksi prototipe tahun 1959, produksi massal dimulai 1963. Selama 60 tahun Sharp telah memimpin pasar pembangkit listrik fotovoltaik dengan pengembangan dan penjualan sistem PV untuk rumah, fasilitas, EPC (pemasangan sistem solar dan pemeliharaan) yang berkontribusi pada perluasan energi baru terbarukan (EBT).Komitmen Sharp seperti gagasan pendirinya, Tokuji Hayakawa. “Jika kita dapat menemukan cara untuk menghasilkan listrik dari panas dan cahaya matahari yang tak terbatas, ini akan bermanfaat bagi umat manusia hingga tingkat yang hampir tidak dapat kita bayangkan.”Di bisnis utamanya, produsen elektronik kelas dunia ini sangat memperhatikan aspek lingkungan dalam proses produksi barang. Seperti memasang 360 solar panel yang menghasilkan energi listrik 66 ribu watt di pabrik KIIC (Karawang International Industrial City), menerapkan desain atap skylight sehingga mengurangi penggunaan lampu di siang hari. Mengupayakan zero waste (bebas sampah) dengan mengolah limbah organik dan B3, serta pemanfaatan barang sisa produksi. Sharp menciptakan produk elektronik yang ramah lingkungan dan hemat energi. Produk-produk yang eco friendyly, misalnya lemari es dan mesin cuci menggunakan material ramah lingkungan, AC dengan teknologi R32 yang tidak merusak lapisan ozon, rice cooker dan blender hemat listrik, air purifier atau dehumidifier dengan teknologi plasmacluster yang memurnikan udara. Keunggulan produk elektronik Sharp inilah yang buat Prima Yulina jatuh hati. “Di rumah, saya punya banyak produk Sharp mulai dari mesin cuci, lemari es, air purifier, hingga solar panel. Produknya benar-benar ramah lingkungan dan hemat energi, konsumsi listriknya sangat rendah,” ujarnya kepada Sumatera Ekspres, Kamis (11/5). Karena itu, lanjut mahasiswi jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini, dia merekomendasikan produk Sharp kepada orang-orang yang membutuhkan barang elektronik yang ramah lingkungan. “Terutama solar panel (panel surya) bisa jadi pengganti penggunaan listrik dan membuat udara lebih bersih karena memanfaatkan energi matahari (EBT, red),” tuturnya. Menurut Prima, kepedulian Sharp bukan hanya dari sisi produk semata, tetapi pada kegiatan pelestarian dan menjaga bumi tetap hijau. Bersama Sharp Greenerator, sebuah komunitas anak muda pecinta lingkungan bentukan Sharp Indonesia, perusahaan aktif melakukan kegiatan seperti penanaman pohon, membersihkan sungai dan pantai, memonitoring kualitas air, mendaur ulang sampah plastik, memberikan edukasi lingkungan ke pelajar dan masyarakat. “Sharp Greenerator dibentuk sejak tahun 2015, berarti sudah 7 tahun saya bergabung atau dari semasa SMA. Jika Sharp Greenerator sebuah rumah, Sharp ibarat orang tuanya. Apa yang dibutuhkan, mereka sangat mendukung kita,” ujar perempuan yang juga Presiden Sharp Greenerator ini. Sharp berharap melalui program CSR berbentuk komunitas pecinta lingkungan ini, anak-anak muda dapat turut melestarikan lingkungan dan mengajak masyarakat peduli. “Kami sering bersih-bersih sungai dan pantai. Sempat ke Pulau Pramuka di Kepulauan Seribu memungut sampah bersama siswa SD dan masyarakat sekitar, menanam mangrove, dan transplantasi karang,” ceritanya. Anak-anak muda Sharp Greenerator juga menggelar car free day, open donasi untuk lingkungan, hingga grebek pasar di Bogor. Ini pengalaman menarik bagi Prima, karena saat grebek pasar dia melihat banyak ibu-ibu atau bapak-bapak bahagia. “Kita sidak mereka, kita tanyakan apakah masih gunakan kantong plastik saat berbelanja. Kita kasih edukasi dan games, lalu kita tukar kantong plastik yang mereka punya dengan tote bag dari kulit singkong. Kita kasih hadiah, mereka sangat senang,” terangnya. Ekonom Sumsel dari Universitas Tridinanti Palembang, Prof Sulbahri Madjir menjelaskan penerapan industri hijau (berkelanjutan) sangat penting dalam upaya pengurangan emisi dan limbah, serta mewujudkan pembangunan berkelanjutan atau SDGs (sustainable development goals). “Industri hijau lebih efisien mengubah bahan baku menjadi produk, serta limbah menjadi produk ikutan yang lebih berguna. Kita harus mendorong green economy, technology, dan product supaya semakin berdaya saing,” ungkapnya. Semakin masif penerapannya, maka target Pemerintah Indonesia menurunkan emisi GRK di tahun 2030 sebesar 29 persen atau setara 834 juta ton C02-ekuivalen dan net zero emission (NZE) pada 2060 akan tercapai. Apalagi mitigasi perubahan iklim sudah menjadi kesepakatan bersama negara-negara G20 pada KTT Presidensi G20 Indonesia 2022. “Saya perhatikan sekarang banyak sekali dampak industri yang kurang memperhatikan lingkungan dan proses bisnisnya hanya mengutamakan profit semata,” bebernya. Polusi industri tak hanya mencemari udara dan membahayakan kesehatan, juga mencemari alam dan kesuburan tanah. “Dulu kita menanam padi, tumbuhnya padi karena tanah dan udara masih bagus betul, unsur haranya tinggi. Sekarang menanam padi tanpa pemupukan tidak akan jadi padi,” jelas Sulbahri. Karenanya industri hijau yang ramah lingkungan wajib dimasifkan, misalnya mengganti bahan bakar fosil (batubara), menggunakan EBT, penggunaan material yang ramah lingkungan, dan lainnya. Prof Sulbahri pun mengapresiasi industri yang sudah memikirkan dampak lingkungan dari proses produksinya sejak puluhan tahun berdiri seperti Sharp, kendati penerapan industri hijau berbiaya mahal. “Pemerintah kita sudah mengarahkan agar semua industri dapat berkelanjutan, untuk kelangsungan bumi, sumber daya, dan kesejahteraan rakyat,” imbuhnya. Pengamat IT dari Universitas Multi Data Palembang (MDP), Eka Puji Widiyanto ST MKom menjelaskan industri hijau belum begitu masif di Indonesia, karena berbiaya mahal. Bandingkan saja harga mobil listrik dengan mobil bensin yang lebih mahal 2-3 kali lipat. “Hanya industri yang sudah melek tentang green technology dan di-support oleh Dewan Manajerialnya mau mengimplementasikannya,” ujarnya. Praktek industri hijau yang berkelanjutan untuk mendukung karbon netral dan energi bersih guna memitigasi pemanasan global. “Umumnya industri mengimplementasikan green power, PLTS, atau solar cell. Untuk materialnya (bahan baku, red), misalnya pada produk elektronik, industri yang aware sudah menghilangkan penggunaan Pb atau timbal (bahan kimia berat). Dulu banyak komponen elektronika pakai itu, tapi sekarang tidak lagi,” tegas pria yang juga Kepala Laboratorium Fisika dan Elektronika Dasar ini. Di Indonesia, lanjut Eka, beberapa industri telah mendukung green technology seperti Sharp. “Konsumen bisa melihat produknya jika perusahaan itu sudah go green. Kalau lemari es, cari saja yang sudah low watt atau hemat energi. Untuk produk AC biasanya sudah menggunakan teknologi switching untuk mengoptimalkan penggunaan listrik,” papar Eka. Bisnis Berfokus pada ESG Kampanye pelestarian lingkungan sejalan dengan visi Sharp yang ingin berkontribusi pada dunia melalui bisnisnya. Dalam keterangannya, Presiden Direktur PT Sharp Electronics Indonesia (SEID), Shinji Teraoka menjelaskan Sharp telah menjadi tonggak sejarah perkembangan industri elektronik dunia. Dengan pengalaman 110 tahun, Sharp semakin mantap memposisikan diri sebagai merek terpercaya dan menjadi pilihan konsumen dunia. “Kami juga ingin menegaskan kepedulian terhadap lingkungan dengan menekankan bisnis yang berfokus pada ESG (environment, social and governance), serta meningkatkan nilai sosial dan merevitalisasi merek untuk perkembangan bisnis yang berkelanjutan,” jelas Shinji. Manajemen menekankan penerapan ESG melalui empat kebijakan utama, yaitu lebih memperkuat bisnis terkait kesehatan, berkontribusi pada netral karbon, manajemen berdasarkan HITO (masyarakat), dan perusahaan global. Dikatakan, Sharp telah menetapkan visi bisnisnya “Mengubah dunia dengan teknologi 8K+5G dan AIoT” yang dibenamkan pada rangkaian produk Sharp terbaru. Teknologi 8K menghasilkan gambar yang sangat tajam seperti aslinya, sementara teknologi 5G merupakan generasi lanjutan dari transmisi data seluler dengan kemajuan signifikan pada kecepatan dan kapasitas transmisi data. Terakhir AIoT adalah kombinasi unik dari teknologi AI (artificial intellegence) dan IoT (Internet of Things), teknologi berbasis indra peraba (taktil) dan intuitif yang diciptakan melalui aplikasi dengan konektivitas cloud dan AI ke dalam rangkaian peralatan elektronik. Dalam mewujudkannya, Sharp mengusung prinsip bisnis Smart Life, 8K Ecosystem, dan ICT. Secara bersamaan dengan dua bisnis perangkat, yaitu perangkat display dan elektronik yang mendukungnya terintegrasi dalam meraih bisnis ‘One Sharp’. Sharp menghadirkan produk unggulan untuk keperluan rumah tangga, seperti AQUOS pada merek TV dan smartphone, teknologi plasmacluster pada produk pembersih udara, AC, lemari es, mesin cuci, dan penyedot debu, kemudian merek Healshio untuk produk oven dan panci masak. Produk sharp juga digunakan di perkantoran misalnya printer multi fungsi, monitor, sistem tampilan interaktif, PC, notebook, dan lainnya. Sistem yang mengintegrasikan layanan dengan perangkat keras dan lunak pun diperkenalkan, yaitu COCORO+, bersama dengan sistem 8K+5G lainnya digunakan untuk sistem perkantoran. Sebagai bagian dari kampanye #baktiuntuknegeri dan berkontribusi pada karbon netral, Sharp juga terjun langsung melakukan konservasi alam. Menggandeng Human Initiative, komunitas, dan masyarakat setempat, Sharp telah menanam 11 ribu bibit pohon mahoni, sengon, dan akasia di sepanjang aliran Sungai Citarum, Cibeet, dan Loji Karawang tahun lalu. Satu pohon yang tumbuh besar mampu memproduksi oksigen 130 kg per tahun, sehingga dengan pohon yang ada bisa menghasilkan 1.430 ton oksigen setahun dan menyerap karbon 264.338 ton. “Tak hanya di Karawang, kita juga telah menanam ratusan ribu pohon di seluruh Indonesia dari 2010, melibatkan yayasan nirlaba, karyawan, pelajar, dan masyarakat. Pohon-pohon itu membantu menyerap air dan mengurangi laju perubahan iklim. Kami berharap lewat program seperti ini, Sharp dapat memberikan dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya. Senior PR & Brand Communication Manager PT SEID, Pandu Setio menambahkan pihaknya ikut membantu Pemerintah menangani persoalan sampah, salah satunya melalui kegiatan Sharp Ecobition Workshop. “Kemarin kita gelar di lima kota, yaitu Medan, Bandung, Jakarta, Surabaya, dan terakhir Surakarta pada 25 Maret 2023. Di acara ini kita mendatangi sekolah-sekolah, mengajak siswa mengumpulkan sampah, dan mengajarkan cara mendaur ulang sampah plastik menjadi barang yang ekonomis,” bebernya. Kegiatan ini juga bagian perayaan HUT Sharp Corporation ke-110 dan bukti nyata Sharp sangat peduli pelestarian lingkungan. “Kami punya komunitas anak muda binaan, Sharp Greenerator yang berfokus pada pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati. Bersama Sharp, mereka turut serta membantu meningkatkan kesadaran masyarakat betapa pentingnya konservasi lingkungan, bahaya sampah, dan lainnya,” tandas Pandu. (fad)
Kategori :