Galakkan Pestisida Hayati, Harapkan Petani Aktif Lakukan Hal Baru Bersama

Nora Setria SP, Petugas Pengendalian Organik Pengganggu Tanaman (POPT)  Kecamatan Jejawi, OKI

Setiap hari selalu berbagi ilmu soal pengendalian hama menjadi santapan Nora Setria SP.  Karena memang tanaman sering diserang hama dan penyakit.  Semuanya harus diantisipasi.

KHOIRUNNISAK- OKI

HIDUP  di perantauan dan setiap hari berinteraksi dengan petani di Kecamatan Jejawi Kabupaten OKI dilakoni Nora Sestria SP (34). Apalagi dengan dukungan penuh dari anak dan suaminya membuat Petugas Pengendalian Organik Pengganggu Tanaman (POPT)  Kecamatan Jejawi selalu riang gembira meski tiap hari pulang pergi Palembang-Jejawi dengan mengendarai sepeda motor.

Alumni Universitas Andalas Padang Jurusan Hama Penyakit Tanaman itu mengatakan, dirinya lulus CPNS pada akhir 2020. Dirinya  ditugaskan di Jejawi untuk mengamati pertanian di 19 desa dengan luas lahan baku 8.840 hektar. Hanya ada lima prioritas wilayah potensial diantaranya Pedu, Muara Batun, Batun Baru, Simpang Empat dan lainnya.

Jika ada hal yang signifikan, misalnya ada kendala di satu lahan pertanian di serang hama dirinya akan turun bersama rekannya Meri Andani.  ‘’Tapi jika tidak ada hal signifikan biasanya jalan sendiri-sendiri ke 19 desa,’’ katanya.

Ditambahkan mantan pegawai Perkebunan Swasta Salim Informasi Pratama itu, kalau ada keluhan petani mereka langsung turun agar masalah yang dialami petani cepat diatasi. Apalagi bekerja di lapangan sepertinya tidak terpaku jam kantor. ‘’Jadi berapa lama melakukan penyuluhan, berinteraksi dengan petani, memantau lahan dan kegiatan lain dalam pekerjaannya diatur sendiri,’’ katanya.

Dirinya sangat enjoy menjalani tugasnya. Apalagi basicnya memang disana jadi pekerjaan lapangan seperti ini sangat menyenangkan. ‘’Tak terbayar ketika petani berhasil mengolah tanamannya dan terbebas dari serangan hama,’’ ujarnya.

Untuk saat ini sambungnya petani tengah melakukan pengolahan lahan dan menyemai padi yang umurnya diperkirakan satu pelan. Diperkirakan, penanaman akan dilakukan awal Mei. Disini masih banyak menanam padi IP 100 dengan berbagai varietas seperti IR42,Ciherang,Solaeman karena cocok dengan kondisi tanahnya disini kan kondisi airnya tinggi. ‘’Tapi sebagian kecil ada yang melakukan tanam IP200 seperti di Desa Pedu dan Ulak Tembaga seluas 500 hingga 1000 hektar hanya penyakitnya diserang hama Penggerek Batang,’’ ujarnya.

Mengapa ini bisa terjadi? Kalau dilihat secara kasat mata untuk melakukan tanam IP200 itu lahan langsung diolah lagi nah jerami yang ada diatas lahan tersebut belum sempat busuk. ‘’Masih ada larva penggerek batang,  belum putus siklusnya sehingga dengan mudah menyerang tanaman padi IP200,’’ ujarnya.

Pihaknya menyarankan kepada petani biarkan jerami yang masih tersisa diatas lahan hingga membusuk atau tebarkan diatas panas sehingga larva mati.

Selama tiga tahun bertugas ada satu keinginannya untuk para petani digalakkan pestisida efek hayati  yang lebih ramah  lingkungan. ‘’Karena masih banyak sekali petani yang menggunakan pupuk non organik.  Kami sudah kerap menjelaskan dampak dari pupuk non organik 10 tahun kedepan membuat tanah rusak dan lainnya tapi ini tidak bisa instan butuh pendekatan untuk menyakinkan petani,"imbuhnya.

Kemudian yang tak kalah penting, dirinya ingin sekali petani memberikan inisiatif untuk sesuatu yang  baru berkaitan dengan pertanian di praktekkan bersama. ‘’Rencana kedepan saya akan melakukan praktek pembuatan biosaka ini masih menunggu waktu dari petani kapan mereka bisa,’’ ujarnya. (*)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan