https://sumateraekspres.bacakoran.co/

KLB Leptospirosis, Dinkes Keluarkan Edaran, Sebabkan Kematian, Terdeteksi 2 Kasus

Edaran Dinkes tentang kewaspadaan KLB Leptospirosis-foto: ist-

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID  - Dinas Kesehatan Sumsel mengeluarkan surat edaran (SE) terkait kewaspadaan terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) Leptospirosis. Untuk itu, pemerintah kabupaten/kota diminta meningkatkan langkah pencegahan karena penyakit yang ditularkan melalui urine tikus ini telah menyebabkan satu orang meninggal dunia.

Leptospirosis adalah penyakit zoonosis akut yang disebabkan oleh bakteri dari genus leptospira. Penyakit ini memiliki spektrum yang luas dan berpotensi menyebabkan kematian, dengan tikus sebagai faktor penular utama. Penularannya terjadi melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan urine hewan yang terinfeksi bakteri leptospira.

"Berdasarkan laporan rekam medis di RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang, hingga Mei 2024 sudah ada dua kasus Leptospirosis, dengan satu di antaranya menyebabkan kematian," ujar Kepala Dinas Kesehatan Sumsel, Trisnawarman, pada Sumatera Ekspres, Rabu (16/10).

Menurut laporan tersebut, kematian terjadi pada Januari lalu, sementara kasus kedua terdeteksi pada April. Namun tidak menyebabkan kematian, untuk kedua kasus ini terjadi di Kota Palembang. "Hingga saat ini, belum ada laporan kasus baru," cetusnya.

BACA JUGA:Ini Cara untuk Mengetahui Penyakit Tanaman Akibat Jamur atau Bakteri, Yuk Simak

BACA JUGA:Agar Bermanfaat Segera Habiskan Jus Setelah Dibuat, Jangan Jadikan Tempat Bakteri Berkembang Biak

Dalam SE yang disampaikan, belum ada laporan dari Dinkes kabupaten/kota lain terkait kasus Leptospirosis baru. Namun, kewaspadaan perlu ditingkatkan di daerah-daerah yang berpotensi mengalami KLB Leptospirosis, terutama di wilayah yang sering mengalami banjir, persawahan, pemukiman kumuh, dan daerah dengan kepadatan tikus yang tinggi dan juga sebagai penular utama.

Serta meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dengan melakukan surveilans Leptospirosis pada manusia dan deteksi dini di wilayah-wilayah berisiko. "Kasus Leptospirosis sering muncul pada musim hujan karena kontaminasi dari urine dan kotoran tikus," tambahnya.

Yang terpenting, ucap Trisnawarman adalah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Selain itu, langkah antisipasi juga meliputi penyimpanan makanan dan minuman dengan baik agar tidak terjangkau tikus. 

Masyarakat juga diimbau untuk membersihkan lingkungan dan memberantas tikus, terutama di tempat umum seperti pasar, terminal, dan tempat rekreasi, sambil tetap mematuhi protokol kesehatan. "Gunakan alas kaki atau sepatu boots saat beraktivitas di tempat yang berair, berlumpur, atau genangan air yang mungkin tercemar urine tikus. Pengelolaan limbah rumah tangga juga harus dilakukan dengan benar, termasuk menyediakan dan menutup rapat tempat sampah," pungkasnya. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan