Merajut Konektivitas, Jasa Marga Membangun Negeri

Kuasai Pangsa Pasar Jalan Tol

PALEMBANG - Prinsip Gunawan membeli saham berarti menabung untuk keuntungan jangka panjang. Karena itu ketika berinvestasi di pasar modal Indonesia, mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sriwijaya ini selalu melihat rekam jejak saham emiten, yang kini mungkin lebih rendah, tapi ke depan berpotensi rebound atau menguat. Salah satunya yang menarik dan membuatnya berinvestasi, saham emiten tol BUMN, PT Jasa Marga (Persero), Tbk (JSMR).

Di platform investasi saham online di smartphone-nya, Gunawan memperhatikan pergerakan harga saham Perseroan (JSMR) yang telah mengoperasikan jalan tol sepanjang 1.260 km di seluruh Indonesia itu sejak 45 tahun beroperasi. “Saya perhatikan, saham JSMR memang menurun ketika pandemi Covid-19 melanda. Mungkin terdampak PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) saat itu sehingga membuat lalu lintas kendaraan dalam tol menurun dan mempengaruhi pendapatan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) ini,” ujarnya kepada Sumatera Ekpsres, Kamis (9/3).

Namun, kini pasca pagebluk Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional, dia melihat kinerjanya terus melaju. Apalagi PT Jasa Marga merupakan pemegang pangsa pasar terbesar jalan tol di Indonesia. “Berdasarkan keterbukaan publik, perusahaan telah melaporkan secara resmi melalui press realease bahwa Jasa Marga berhasil meningkatkan kinerja positif tahun 2022 dan meraih laba bersih Rp2,75 triliun secara year on year,” ujarnya. Angka itu naik dibanding tahun 2021 yang hanya Rp1,62 triliun dan 2020 Rp501,04 miliar. Bahkan melampaui laba bersih sebelum pandemi dimana tahun 2019 tercatat Rp2,207 triliun.

BACA JUGA : Merajut Konektivitas, Jasa Marga Membangun Negeri BACA JUGA : Pamerkan Fitur Unggul Motor Honda

Tentu saja hal ini meningkatkan kepercayaannya dan investor khususnya kaum milenial atau kalangan mahasiswa membeli saham JSMR. Sepertinya, kata dia, pasca pandemi lalu lintas jalan tol kembali ramai. Sebentar lagi juga mau momen Hari Raya Idul Fitri berpotensi melipatgandakan arus kendaraan jalan tol dan pendapatan Perseroan. Ini bisa memberikan sentimen positif bagi laju harga saham JSMR.

Data Investing.com, sejak 1 dekade terakhir, rata-rata indeks harga saham JSMR sebesar 5.007, sementara pada penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (10/3) di level 3.280 dengan nilai kapitalisasi pasar Rp23,8 triliun dan volume saham diperdagangkan 3,55 juta.  Jika melihat historisnya dari tahun 2012, rata-rata indeks harga saham JSMR bermain di angka 4.000-7.000, dimana level tertinggi sempat menyentuh 7.233. Selama periode 9 tahun, tren harga saham JSMR sebenarnya masih tergolong stabil, baru setelah Covid-19 melanda Indonesia per Maret 2020, saham JSMR down ke level 2.990 pada 18 Maret 2020.

Namun kondisinya tak berlangsung lama, di tahun itu juga saham JSMR menanjak kembali ke level 4.000. “Kendati fluktuatif, justru saya lihat ini sebagai peluang take profit pada harga tertinggi. Artinya, melihat pergerakan saham JSMR yang selalu rebound memberi peluang mengambil keuntungan yang besar lewat pola menabung saham,” bebernya. Apalagi kini sudah masa recovery ekonomi, pertumbuhan tinggi, makin banyak ekspansi jalan tol Perseroan, mobilitas kendaraan meningkat pesat, memberi prospektif cerah bagi investor.

Putra Ardiansyah juga punya keyakinan yang sama seperti Gunawan. “Saham emiten sektor infrastruktur, khususnya BUMN jalan tol JSMR memang sedang bagus, walaupun fluktuatif tapi berpeluang menguat. Yang saya lihat saat membeli saham itu, paling utama bagaimana fundamental perusahaan, track record-nya harus jelas, kinerjanya bagus, aset, rasio utang, laba perusahaan tinggi, hingga pembagian deviden dan target emiten,” beber mahasiswa semester 6 Jurusan Perbankan Syariah UIN Raden Fatah ini. Dari analisis ini, investor bisa melihat prospek investasinya ke depan.

Bahkan, Putra mengaku membeli saham dengan harga lebih rendah atau menurun, bisa menguntungkan jika suatu saat harga sahamnya menanjak. “Ini sebentar lagi mau Lebaran, momentumnya bagus tuh bakal meningkatkan mobilitas jalan tol dan pendapatan perusahaan. Prospek ini yang saya lihat, apalagi JSMR juga masuk kategori saham blue chip atau LQ45 yang sudah terseleksi BEI,” bebernya. BACA JUGA : Kolaborasi Menuai Apresiasi Positif BACA JUGA : Yakin Agya Diterima Pasar

Membeli saham blue chip lebih minim risiko, ketimbang membeli saham gorengan yang cepat naik, tapi anjlok drastis. Saat ini, lanjut Putra, dia sudah berinvestasi 30 lot saham infrastruktur dan komoditas. “Pola investasi saya menabung saham. Biasanya 1-2 bulan take profit, jika target return sudah tercapai,” terang Putra.

Kepercayaan Gunawan maupun Putra cukup beralasan mengingat PT Jasa Marga (Persero), Tbk terus eksis dan ekspansif menambah lebih banyak panjang konsesi jalan tol dan jalan tol beroperasi di seluruh Indonesia. BUMN ini bahkan dijuluki sebagai raja bisnis tol karena menguasai pangsa pasar terbesar mencapai 51 persen dan mengoperasikan jalan tol sepanjang 1.260 km. Dari jumlah itu, Jasa Marga memegang 35 hak konsensi jalan tol dengan total panjang 1.906 km. Tahun 2022, ada penambahan pengoperasian jalan tol 13,40 km (Manado-Bitung seksi Danowudu-Bitung) dan penambahan konsesi jalan tol 206,65 km (Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap).

Di Indonesia, Jasa Marga menjadi BUJT pertama yang mengoperasikan jalan tol. Tepatnya setelah peresmian jalan tol pertama di Indonesia, Tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi) sepanjang 59 km oleh Presiden Soeharto pada 9 Maret 1978. “Jalan Tol Jagorawi ini menjadi jalan yang terbaik yang kita miliki,” ujar Soeharto kala itu. Sejak itu JSMR ditugasi Pemerintah mengelola Tol Jagorawi, serta mengembangkan jaringan jalan tol selanjutnya. Di antaranya Jalan Tol Trans Jawa (JTTJ), membentang dari Pelabuhan Merak, Cilegon (Banten) sampai Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi (Jawa Timur) sepanjang 1.167 km. JTTJ menjadi jalan tol terpanjang di Indonesia yang terbagi dalam 20 ruas, termasuk Tol Jagorawi.

Tahun ini Perseroan masih tetap mengejar peningkatan konektivitas dengan menambah panjang konsesi jalan tol dan jalan tol beroperasi, seperti groundbreaking Jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi sepanjang 175,40 km pada 6 Februari 2023. Tol ini menjadi ruas pamungkas jaringan JTTJ yang menghubungkan ujung barat hingga ujung timur Pulau Jawa untuk meningkatkan konektivitas dan mempermudah mobilitas orang, barang, dan jasa.

Nyatanya, komitmen Perseroan bergerak cepat, merajut konektivitas ber-impact pada kinerja usaha. Tahun 2022, Jasa Marga meraih laba bersih sebesar Rp2,75 triliun, meningkat 70,1 persen dibandingkan tahun 2021. “Kinerja positif ini juga tercermin dari pencapaian pendapatan usaha sebesar Rp13,8 triliun atau tumbuh 17,0 persen di tahun 2022. Ini merupakan kontribusi pendapatan tol Rp12,4 triliun atau naik 15,4 persen dan pendapatan usaha lain Rp1,4 triliun atau naik 35,2 persen dari tahun sebelumnya,” ujar Corporate Communication & Community Development Group Head PT Jasa Marga (Persero) Tbk, Lisye Octaviana dalam keterangan resmi.

Tak hanya itu, lanjut Lisye, EBITDA Perseroan mencapai Rp8,7 triliun atau tumbuh 13,1 persen, begitupula realisasi EBITDA Margin 63,0 persen seiring peningkatan kinerja. “Ini semua karena beroperasinya sejumlah ruas tol baru dan meningkatnya mobilisasi masyarakat yang menjadi katalis positif atas kenaikan volume lalu lintas jalan tol,” sebutnya.

Kebutuhan infrastruktur jalan tol memang tak dapat dipungkiri, lantaran perannya yang vital dalam mendukung pertumbuhan berbagai sektor perekonomian. Semakin panjang ruas jalan tol, semakin besar pula multiflyer effect-nya. Orang bergerak, ekonomi pun bergerak. Semakin banyak kendaraan berjalan, semakin cepat akselerasinya.

“Pada H+1 Imlek (23/1) 2023, kemarin contohnya. Kami mencatat sebanyak 164.071 kendaraan kembali ke wilayah Jabotabek. Angka itu kumulatif arus lalu lintas dari empat Gerbang Tol (GT) Barrier/Utama, yakni GT Cikupa (dari arah Merak), GT Ciawi (dari arah Puncak), GT Cikampek Utama (dari arah Trans Jawa), dan GT Kalihurif Utama (dari arah Bandung). Total volume lain itu naik 14,32 persen dibandingkan lalin normal,” rincinya. Lalu di momen mudik Lebaran tahun 2023, pihaknya memproyeksikan volume lalu lintas keluar Jabodetabek bisa mencapai 2,21 juta kendaraan, naik 2,8 persen dibanding periode sama 2022 sebanyak 2,15 juta kendaraan.

Dalam rangka mengoptimalkan portofolio bisnis perusahaan, sepanjang 2022 Jasa Marga telah melanjutkan program asset recycling sebagai bagian dari strategi korporasi menyeimbangkan pertumbuhan dan kesinambungan bisnis Perseroan. Beberapa di antaranya Spin Off Divisi Regional Jasamarga Transjawa Tollroad ke anak usaha PT Jasamarga Transjawa Toll dan penandatanganan Sales Purchase Agreement antara Perseroan dengan PT Margautama Nusantara untuk PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek, anak usaha PT Jasamarga Transjawa Tol yang mengelola Jalan Layang MBZ.

BUMN jalan tol ini juga melakukan pengembangan inovasi berbasis teknologi tahun 2022, guna memberikan pelayaan lebih optimal kepada pengguna jalan serta peningkatan kualitas infrastruktur jalan tol. Inovasinya meliputi integrasi peralatan Speed Camera dan Weigh In Motion (WIM) dengan sistem ETLE (electronic traffic law enforcement) Korlantas Polri di sejumlah ruas jalan tol yang dikelola. Implementasi Jasamarga Integrated Digitalmap pada Jasa Marga Tollroad Command Center, hingga pengembangan fitur baru aplikasi Travoy, yakni fitur event lalu lintas dilengkapi Push Notification yang mempermudah pengguna jalan mendapatkan informasi update dan real time.

“Berbagai inisiatif Perseroan meningkatkan kinerja di fase pemulihan sebagai komitmen menjaga pemenuhan Standar Pelayanan Minimal jalan tol, mengendalikan beban bunga dengan upaya refinancing, mengendalikan aktivitas konstruksi jalan tol dengan memastikan pinjaman kredit investasi yang tepat guna. Kemudian meningkatkan implementasi teknologi terintegrasi di industri jalan tol berlandaskan semangat inovasi dan transformasi guna mewujudkan visi menjadi perusahaan jalan tol nasional terbesar, terpercaya, dan berkesinambungan,” terang Lisye.

Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero), Tbk, Subakti Syukur mengatakan dari waktu ke waktu Jasa Marga Group terus tumbuh dan berkembang. “Kita patut berbangga masih meraih pangsa pasar jalan tol terbesar di Indonesia. Ini menandakan kita juga berpartisipasi penuh dalam meningkatkan konektivitas jalan nasional,” ujarnya. Namun pihaknya tak berhenti di situ saja, upaya perluasan jalan tol terus dilakukan baik di Pulau Jawa maupun Sumatera.

Komitmen JSMR membangun jalan tol sampai penjuru negeri mendapat apresiasi dari Pemerintah, karena telah mendukung target peningkatkan konektivitas jalan dan perekonomian RI. “Jasa Marga menjadi penyelenggara jalan tol tertua. Saya berharap tetap terdepan di Indonesia. Terima kasih dan apresiasi dari kami atas kerjasamanya. Kita rasakan pada saat saat libur panjang Nataru (Natal dan Tahun Baru) maupun mudik Lebaran. Kerjasama Jasa Marga dan seluruh stakeholder pengelola dan pengguna dapat dirasakan manfaatnya (jalan tol, red), terutama Jalan Tol Trans Jawa,” ujar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono saat menyampaikan testimoni HUT ke-45 Jasa Marga via Youtube Official Jasa Marga, 2 Maret 2023.   

Pada tahun 2024, lanjut Basuki, panjang jalan tol di Indonesia akan mencapai 3.490 kilometer, sementara panjang tol baru atau sudah beroperasi saat ini 1.850 kilometer. “Insya Allah 2024 nanti, dengan dukungan BUJT, ditarget jalan tol tersambung sepanjang 2.697 kilometer. Sehingga total panjang jalan tol hingga 2024 mencapai 3.490 kilometer,” cetusnya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumsel, Ir Zulkipli menjelaskan selama ini sektor infrastruktur memberi sumbangsih besar bagi laju perekonomian dan kemajuan bangsa. Keberadaannya multiplyer effect dan menjadi trigger (penggerak) bagi sektor-sektor lainnya untuk bertumbuh. Ketika infrastruktur terbangun seperti jalan tol, mobilitas orang, transportasi, dan arus perdagangan berbagai hasil bumi daerah maupun barang-barang UMKM atau industri (manufaktur) menjadi lebih lancar.

Tahun 2022, perekonomian RI mengalami pertumbuhan sebesar 5,31 persen, dengan PDB (product domestic bruto) atas dasar harga berlaku mencapai Rp19.588,4 triliun dan PDB perkapita Rp71,0 juta. Sektor transportasi dan pergudangan memacu laju pertumbuhan kedua tertinggi tahun 2022 sebesar 0,73 persen secara year on year. “Ekonomi Sumsel bertumbuh 5,23 persen tahun 2022, dengan PDRB atas dasar harga berlaku Rp591,6 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 Rp343,48 triliun,” lanjutnya. Sektor transportasi dan pergudangan menyokong pertumbuhan 0,24 persen.

Jika infrastruktur jalan tak terbangun, tentu sektor transportasi dan pergudangan juga lambat bergerak dan ini berdampak pula pada sektor lainnya. Laju eksplorasi dan distribusi komoditas, barang, dan jasa menjadi stagnan (terhambat), sehingga akhirnya berimbas pada menurunnya perekonomian.

Pengamat Ekonomi Sumsel dari Universitas Tridinanti Palembang, Prof Sulbahri Madjir menjelaskan keberadaan perusahaan infrastruktur sangat diharapkan dalam mendukung Pemerintah membangun daerah. “Anggaran Pemerintah sangat terbatas memeratakan infrastruktur seluruh wilayah Indonesia, sehingga diperlukan peran BUMN atau swasta membangun jalan, jembatan, pelabuhan, pembangkit listrik, dan lainnya,” ujarnya.

Keterlibatan perusahaan seperti BUJT membangun jalan tol, berarti turut andil memajukan perekonomian karena infrastruktur itu trigger-nya ekonomi. “Infrastruktur mendorong kelanjutkan kehidupan masyarakat dan industri. Misalnya ada jalan tol, lalu lintas barang angkutan dan barang menjadi semakin lancar dan mudah,” pungkasnya. (fad)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan