Sunan Ampel: Pionir Penyebaran Islam dan Pendidikan di Jawa, Ini Sosoknya!
Pesantren Ampel Denta, saksi bisu dedikasi Sunan Ampel dalam menyebarkan Islam dan membentuk generasi ulama. Foto: kolase--
SUMATERAEKSPRES.ID - Sembilan Wali Songo mempunyai peran penting dalam penyebaran islam di Indonesia, salah satu dari ke sembilan Wali Songo itu adalah Sunan Ampel.
Dilansir dari berbagai sumber, Sunan Ampel sendiri mempunyai nama asli Raden Rahmat, ia salah satu dari sembilan Wali Songo yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Jawa.
Beliau lahir pada tahun 1401 di Champa (sekarang bagian dari Vietnam) dan merupakan putra dari Syekh Ibrahim As-Samarqandy dan Dewi Candrawulan.
Sunan Ampel tiba di Jawa sekitar tahun 1443 dan menetap di daerah Ampel Denta, Surabaya. Beliau mendirikan pesantren di sana yang menjadi pusat pendidikan Islam dan tempat berkumpulnya para ulama.
Selain itu, Sunan Ampel juga dikenal sebagai salah satu pendiri Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa.
BACA JUGA:YAICI: SKM Jadi Penyumbang Utama Stunting di Sumatera Selatan
BACA JUGA:Kanker Ovarium: Kenali Gejala dan Faktor yang Meningkatkan Risiko, Perlu Diketahui Wanita!
Beliau memiliki dua istri, Dewi Candrawati dan Dewi Karimah, serta beberapa anak yang juga menjadi tokoh penting dalam penyebaran Islam, seperti Sunan Bonang dan Sunan Drajat.
Sunan Ampel menggunakan berbagai metode untuk menyebarkan Islam di Jawa, yang mencerminkan kebijaksanaan dan pendekatan yang inklusif. Berikut adalah beberapa cara utama yang beliau gunakan:
1. Pendidikan dan Dakwah: Sunan Ampel mendirikan pesantren di Ampel Denta, Surabaya, yang menjadi pusat pendidikan Islam.
Di sini, beliau mengajarkan ajaran Islam kepada para santri dan masyarakat sekitar. Pesantren ini juga menjadi tempat berkumpulnya para ulama dan tokoh agama lainnya.
2. Pendekatan Budaya: Sunan Ampel menggunakan pendekatan budaya lokal untuk menyebarkan Islam.
Beliau menghormati tradisi dan adat istiadat setempat, serta mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam budaya Jawa.
Misalnya, beliau menggunakan wayang dan seni tradisional lainnya sebagai media dakwah.