Mengenal Pembelajaran Tipe Think-Pair-Shar

Anda pasti tersenyum, jika diminta menghadirkan pembelajaran menyenangkan, bermakna dan relevan dengan kebutuhan murid. Pembelajaran ini akan terasa semanis madu yang faktanya baik untuk kesehatan tubuh kita. Madu merupakan simbol metode dan model pembelajaran yang manis dan disukai baik oleh guru maupun murid di kelas. Kurikulum merdeka pun mengarahkan pada proses pembelajaran yang bermakna, kontekstual dan relevan yang mengacu pada perkembangan peserta didik.

Era disrupsi seperti sekarang ini, dunia pendidikan dituntut mampu membekali peserta didik ketrampilan abad 21 (21st Century Skills). Mengingat tantangan yang besar ini, maka guru pun harus terus belajar meningkatkan estándar kompeten si guru sehingga mampu menghadapi peserta didik generasi digital saat ini. Inovasi  dan strategi pembelajaran yang tepat serta menarik sejatinya harus terus dikembangkan oleh seorang guru itu sendiri sesuai dengan konteks kebutuhan belajar murid, relevasi dan bekal untuk mereka di masa yang akan datang.

Hal demikian tentunya membutuhkan pengetahuan dan keterampilan seorang guru dalam menyampaikan sebuah materi di dalam proses belajar mengajar di kelas. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang berbasis pada teks pun tak lepas dari tantangan tersebut, mengingat pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum merdekaini pun masih mengacu pada pembelajaran berbasis teks untuk meningkatkan kecakapan literasi murid-murid.

Karena itu, akan membuat jenuh dan monoton selama proses kegiatan belajar mengajar di kelas jika tidak diimbangi dengan model dan strategi yang tepat di kelas.

Pembelajaran Berbasis Teks

Kita ketahui pelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum sebelumnya dan saatini yang mulai menerapkan kurikulum merdeka pun, pembelajaran masih bertumpu pada pembelajaran berbasis teks. Pembelajaran berbasis teks (membaca dan menulis) menuntut peserta didik untuk lebih aktif menggunakan penalaran kritisnya dalam belajar.

Peserta didik yang terjangkit penyakit malas membaca akan semakin kesulitan di dalam memahami isi bacaan. Hal ini juga memengaruhi peserta didik dalam kemampuan menulis karena keterampilan menulis yang membutuhkan penguasaan materi-materi pendukung sebagai modal dasar. Misalnya penguasaan kosa kata, diksi, penyusunan kalimat, pembentukan paragraf, pemahaman secara aplikatif tentang ejaan dan tanda baca, logika, serta struktur berpikir yang runtut. Kesemuanya ini baru dapat terlaksana dengan baik jika peserta didik rajin membaca.

Gempuran teknologi semestinya membuat kita semakin perkasa dan unggul. Kepedulian kita sebagai penduduk di era digital ini ditantang. Serangan gawai pada siswa begitu masif yang berakibat rendahnya tingkat keterbacaan siswa pada bahan bacaan berkualitas.

Selain itu, Kurikulum Merdeka saat ini, peserta didik dituntut untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang ditekankan pada perkembangan zaman dan bertumpu pada penguatan penalaran, bukan hafalan semata. Selain itu, keluaran (output) yang diharapkan adalah insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang  terintegrasi sehingga guru dituntut untuk lebih bergairah dalam mengajar.

PembelajaranModel  TPS

Untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna di kelas, model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share yang dikembangkan oleh Spencer Kagandari United States, Amerika Serikat dapat dipraktikkan dalam pembelajaran menulis laporan teks observasi. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai berpikir-berpasangan-berbagi.

Model pembelajaran tipe Think-Pair-Share ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama (collaboration) dengan  orang lain  dan mengomunikasikan pemikirannya. Model pembelajaran tipe ini dilaksanakan dalam tiga tahap inti yaitu think atau tahap berpikir, pair atau tahap berpasangan, share atau tahap kelompok berempat.

Impelementasi pembelajaran model ini dijabarkan melalui enam tahap. Tahapnya diantaranya pemodelan teks, penggalian ide, diskusi, observasi, penulisan laporan, dan presentasi. Berikut ini dijabarkan secara rinci.

Tahap pertama adalah pemodelan teks, tahap ini peserta didik dibimbing membaca sebuah teks observasi yang disediakan oleh guru.  Peserta didik terlihat antusias membaca contoh teks laporan hasil observasi dan mengidentifikasi struktur serta kaidah yang membangun teks yang telah dibaca. Hal ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa kepada guru saat menemukan kesulitan.

Tahap kedua, Tahap penggalian  ide merupakan tahap penentuan tema.  Pada tahap ini siswa yang suka membaca dan wawasannya luas akan cepat menemukan ide dan menyetorkan pada ketua kelompok.

Tahap ketiga adalah diskusi. Kegiatan ini merupakan tahap penting bagi setiap kelompok, karena setiap ide yang dimiliki oleh anggota kelompok didiskusikan untuk mencapai kesepakatan bersama dalam kelompok. Dalam kegiatan ini terlihat adu argumentasi yang cukup seru karena masing-masing individu berusaha mempertahankan ide/gagasan yang diperolehnya. Jika belum mencapai kesepakatan, ketua kelompoknya akan mengambil keputusan ide siapa yang paling baik, mudah dilaksanakan, dan tentu saja  didukung oleh anggota lainnya akan terpilih menjadi tema. Pada akhirnya, pembelajaran kooperatif dapat tercapai dengan baik, karena keputusan yang dimunculkan atas dasar musyawarah.

Tahap keempat adalah kegiatan observasi, kegiatan ini merupakan hal  yang  paling menyenangkan bagi peserta didik, karena proses pembelajaran berlangsung di luar kelas dalam suasana santai. Setiap individu dalam kelompok melakukan pengamatan sesuai bagiannya. Ada yang kebagian melakukan wawancara, sebagai observator, sekretris, dan ketua. Dalam kegiatan ini dimunculkan pendidikan karakter bagi peserta didik sebagai penguatan profil pelajar pancasila. Karena masing-masing anggota memiliki tugas yang berbeda sebagai bentuk tanggungjawab  yang  harus diselesaikan.

Tahap kelima adalah penulisan laporan. Dalam kegiatan ini kegiatan diskusi dilakukan kembali untuk menyatukan hasil kerja masing-masing individu. Setelah menemukan kesamaan persepsi sekretaris kelompok akan menulis menjadi bentuk laporan hasil observasi.

Jika sudah ditulis dalam bentuk teks, maka kegiatan dilanjutkan membaca ulang, mengindentifikasi struktur dan kaidah sebuah teks laporan hasil observasi. Bila ditemukan beberapa kesalahan maka anggota kelompok lainnya akan mengoreksi. Dalam menyiapkan laporannya peserta didik diberikan kebebasannya untuk membuat laporan presentasi dengan berbagai alternatif yaitu presentasi power poin, poster digital dengan memanfaatkan media canva, video interaktif atau tek utuh dengan alat bantú karton.

Tahap keenam adalah presentasi, setiap kelompok secara bergiliran melakukan presentasi di depan kelas. Kelompok lain yang belum presentasi diberi kesempatan untuk bertanya atau menanggapi serta memberikan masukan. Kegiatan selanjutnya adalah penulisan laporan. Penulisan ini didasarkan  pada hasil observasi yang telah dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Dalam kegiatan ini kegiatan diskusi dilakukan kembali untuk menyatukan hasil kerja masing-masing individu. Setelah menemukan kesamaan persepsi sekretaris kelompok akan menulis menjadi bentuk laporan hasil observasi. Jika sudah ditulis dalam bentuk teks, maka kegiatan dilanjutkan membaca ulang, mengindentifikasi struktur dan kaidah sebuah teks laporan hasil observasi. Bila ditemukan beberapa kesalahan maka anggota kelompok lainnya akan mengoreksi. Sebagai bentuk tindak lanjut pembelajaran, guru akan senantiasa memberikan refleksi dan umpan balik dalam setiap akhir pembelajaran.

Demikian proses pembelajaran melalui model pembelajaran Think-Pair-Share di kelas pada pembelajaran menulis teks observasi.  Tentunya ada harapan baik yakni peningkatan kualitas siswa selama proses belajar baik secara kognitif maupun efektif. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya meningkatnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, meningkatnya kerja sama peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu, antusias mendalam mengikuti pembelajaran dan meningkatmya kemampuan siswa dalam menulis laporan teks observasi pada pembelajaran bahasa Indonesia terus meningkat. Model ini sangat tepat diterapkan untuk melatih kerjasama pada peserta didik. Tidak hanya kemampuan kogintif, akan tetapi secara afektif rasa peka, rasa ingin tahu, peduli dan kerjama dalam tim akan terbangun. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan