Tanggapi 'Dirty Vote', Islah: Penguasa Tak Selalu Jadi Negarawan!

Islah Bahrawi, seorang tokoh dari Nahdlatul Ulama (NU) dan Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI)-Foto: Inisiatifnews-

JAKARTA, SUMATERAEKSPRES.ID - Polemik mewarnai tayangan film dokumenter tentang kecurangan dalam pemilu 2024 yang berjudul 'Dirty Vote'.

Film ini ditayangkan pada saat minggu tenang menjelang Pilpres 2024, tepatnya hari Minggu (11/2) yang lalu.

Islah Bahrawi, seorang tokoh dari Nahdlatul Ulama (NU) dan Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI), menyuarakan pendapatnya mengenai film dokumenter ini.

Islah mengungkapkan bahwa setelah menyaksikan "Dirty Vote", ia teringat pada pemikiran beberapa tokoh seperti John Stuart Mill, Timothy Snyder, dan Abu al-A'la al-Ma'arri.

BACA JUGA:Film Bioskop Indonesia Yang Akan Tayang Februari 2024. Apa Yang Paling Kamu Tunggu?

BACA JUGA:Beberapa film yang diharapkan akan tayang di Disney+ dalam waktu dekat, ada favoritmu?

"Dalam pandangan mereka: 'Seorang penguasa sebenarnya adalah seorang politisi, yang tidak selalu menunjukkan sikap sebagai seorang negarawan.

Seorang politisi terus-menerus memikirkan kekuasaan, kemenangan, kekalahan, dan balas dendam'," ujar Islah dalam cuitannya di akun media sosial pribadinya pada hari Senin (12/2/2024).

Dia juga menambahkan bahwa seorang negarawan sejati selalu mendorong rakyatnya untuk menjadi yang terbaik dan tidak memaksa mereka untuk mengagungkannya sebagai yang terbaik.

Islah menegaskan bahwa manusia pada dasarnya tidak layak untuk menguasai segala sesuatu sesuai dengan keinginannya. Seorang penguasa hanya memiliki kekuasaan selama ia tidak merampas hak-hak orang lain.

BACA JUGA:Mau Belajar Bahasa Inggris Dari Film? Ini 7 Rekomendasi Film Untuk Pemula!

BACA JUGA:7 Film Bioskop Indonesia yang Gagal Total, Ada Raffi Ahmad?

"Namun, ketika seorang penguasa telah merebut segalanya, maka orang lain tidak diharapkan untuk tunduk pada kekuasaannya," tegasnya.

Dia juga menyatakan bahwa ada terlalu banyak penguasa yang licik dan jahat yang mengenakan topeng kesalehan, dan pada akhirnya mereka akan jatuh oleh amarah rakyat.

"Ketika seorang penguasa memperdaya rakyat dengan kata-kata manis untuk menyembunyikan kejahatannya, pada akhirnya ia akan dihukum oleh amukan rakyatnya," tambahnya.

Sebelumnya, rumah produksi WatchDoc telah merilis film dokumenter terbaru yang berjudul Dirty Vote. Film ini disutradarai oleh Dandhy Dwi Laksono dan menyoroti berbagai bentuk kecurangan dalam pemilu 2024.

Film tersebut menampilkan pandangan dari tiga pakar hukum tata negara, yaitu Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar. Untuk menonton film ini, bisa diakses melalui akun YouTube Dirty Vote.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan