Ciptakan T-Wave untuk Pasien Kanker Payudara, Pertama di Dunia

DIUJI: Dr dr Alexander Edo Tondas diuji oleh penguji sekaligus pencipta metode EAMF, Prof Laura Burattini dari Italia secara daring.-Foto: kemas/sumeks-

Melihat Inovasi Dr dr Alexander Edo Tondas SpJP (K) FIHA FICA FAPSC 

SUMATERAEKSPRES.ID - Mayoritas wanita pengidap penyakit kanker payudara (Carcinoma mammae) rutin melakukan kemoterapi dengan mengonsumsi obat-obatan golongan antrasiklin. Namun tak mengetahui efek sampingnya.

Di antaranya berpotensi menimbulkan penurunan pompa jantung atau kardiotosisitas. Ini yang diteliti Dr dr Alexander Edo Tondas SpJP (K) FIHA FICA FAPSC. 

Kemas Achmad Rivai - PALEMBANG

PENYAKIT kanker payudara (Carcinoma mammae) menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi bagi kaum hawa. Penggunaan obat-obatan jenis antrasiklin seperti doksorubisin sebagai kemoterapi utama kanker payudara berpotensi menimbulkan kardiotosisitas. Sehingga diperlukan antisipasi dini untuk mencegahnya. 

"Selama ini kardiotoksisitas dini dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium, diantaranya dengan pemeriksaan enzim jantung (Troponin dan NT-proBNP). Hanya saja ini memerlukan pengambilan darah dan biaya cukup tinggi, sedangkan pemeriksaan USG jantung/ekokardiografi memerlukan operator berpengalaman," sebut Dr Edo dibincangi beberapa waktu lalu. 

BACA JUGA:Sel Kanker Bisa Dicegah dengan Makanan? Begini Bukti Ilmiahnya

BACA JUGA:Proyek ECHO, Semua RS Vertikal Dilibatkan. Fokus Sementara Layanan Kanker Ini

Untuk itu, alumni FK Unsri 2003 ini mencoba sesuatu yang baru sekaligus menjadi bahan penelitian bagi dirinya menyelesaikan studi Program Doktoral Strata Tiga (S3) FK Unsri. Setelah kurun setahun terakhir melakukan penelitian, Dr Edo berhasil menemukan metode lain untuk mendeteksi tanda dini kardiotoksisitas. Yakni dengan mendeteksi perubahan kelistrikan jantung halus yang disebut T-Wave Alternans (TWA). 

Hebatnya lagi ini merupakan penelitian pertama di dunia yang mencoba mengevaluasi kegunaan TWA sebagai fenomena kelistrikan jantung pada pasien kanker. Cara baru deteksi kardiotoksisitas dengan TWA ini dapat dilakukan secara otomatis dan mandiri oleh pasien, dengan biaya lebih efisien.

“Ke depannya masih diperlukan upaya mengintegrasikan piranti lunak dan perangkat keras untuk pengukuran TWA agar dapat tersedia luas untuk masyarakat,” tegasnya. Pada penelitian yang menghabiskan waktu lebih kurang satu tahun ini, Dr Edo melakukan observasi dan sampel terhadap 60 pasien wanita pengidap kanker yang tengah menjalani kemoterapi di ruang cardio onkologi RSUP Dr Muhammad Hoesin Palembang. 

Dalam perjalanannya hingga berakhirnya masa penelitian ini tersisa 32 pasien dengan berbagai kendala dan alasan. "Kami coba mengukur kemunculan TWA dengan alat EKG portabel pada wanita pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang," urai Dr Edo yang sebelumnya menempuh pendidikan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (FK UI) tahun 2012 ini. 

BACA JUGA:Wajib Tahu, Faktor Utama Penyebab Kanker Paru Mulai dari Genetik hingga Gaya hidup

BACA JUGA:Bukan Hoax! Buah Beri Terbukti Bisa Menyelamatkan dari Ancaman Kanker, Ini Buktinya

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan