Fakta Seputar Penyakit Mycoplasma Pneumonia yang Kini Naik di Cina

--

PALEMBANG-Belakangan ini heboh berita peningkatan kasus Mycoplasma Pneumonia di Cina. Hal ini cukup membuat waspada WHO mengingat kehadiran Covid-19 yang sempat membuat dunia ‘tiarap’.

Lalu perlukah Mycoplasma Pneumonia ini juga membuat kita khawatir? Menurut dr. Rouly Pola Pasaribu, Sp.PD-KP, FINASIM, pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.”Penyebab pneumonia adalah infeksi bakteri, namun juga dapat disebabkan oleh etiologi lain, seperti infeksi virus, jamur, parasit, serta aspirasi bahan kimia ke parenkim paru,” kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang bertugas di Rumah Sakit Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang ini.“Meski angka kesakitannya terbilang tinggi, namun angka kematiannya tidak setinggi Covid-19,” tambahnya.

BACA JUGA:7 Manfaat Air Ketumbar, Nomor 3 Bikin Diet Anti Gagal

BACA JUGA:7 Trik Manjur Bagi yang Jalankan Diet Air Putih, Buktikan Aja, Pasti Efektif

Masih kata dia, pneumonia diklasifikasikan sebagai pneumonia tipikal yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae dan atipikal yang disebabkan kuman atipik seperti Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, dan Legionella pneumophila.

Pneumonia saat ini dikenal 2 kelompok utama yaitu hospital-acquired pneumonia (HAP) dan community-acquired pneumonia (CAP). HAP diklasifikasikan sebagai infeksi saluran pernapasan yang berkembang 48 jam setelah masuk rumah sakit.

Ada lebih dari 120 spesies Mycoplasma; hanya 13 yang berhasil diisolasi dari manusia, dan hanya empat yang diketahui menyebabkan penyakit pada manusia. Mycoplasma pneumoniae adalah pneumonia yang diakibatkan oleh mycoplasma. “Spesies Mycoplasma adalah salah satu organisme terkecil yang hidup bebas,” tambahnya.

Mycoplasma pneumoniae dianggap sebagai penyebab umum CAP dan ditularkan dari orang ke orang melalui droplet selama kontak dekat. Memiliki masa inkubasi yang berkisar antara 2 hingga 3 minggu. Seperti kebanyakan patogen sistem pernafasan, infeksi biasanya terjadi selama musim dingin tetapi bisa terjadi sepanjang tahun. “Meski angka kesakitannya terbilang tinggi, namun angka kematiannya tidak setinggi Covid-19,” ujarnya.

Angka kejadiannya mungkin jauh lebih tinggi karena infeksi dapat bersifat subklinis atau menyebabkan penyakit yang lebih ringan sehingga tidak memerlukan rawat inap. Wabah infeksi mikoplasma terjadi di militer, rumah sakit, panti jompo, dan fasilitas perawatan jangka panjang lainnya. Hanya 5 hingga 10 persen orang yang terinfeksi Mycoplasma mengalami pneumonia. “Penyakit ini menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas dan bawah pada semua kelompok umur, terutama pada usia lebih dari 5 tahun dan kurang dari 40 tahun,” katanya lagi.

Mycoplasma pneumoniae menyebabkan penyakit di luar paru dan infeksi saluran pernapasan, termasuk purpura trombositopenik imun, hepatitis akut, anemia hemolitik autoimun, artritis, dan mielitis transversal.

Permulaan penyakit  ini kata dr Rouly, terjadi secara bertahap, dan pasien awalnya mengeluh sakit kepala, malaise, dan demam ringan. Batuk yang mengganggu biasanya merupakan gejala pernapasan yang paling menonjol. Nyeri dada akibat batuk sering terjadi. Mengi juga bisa terjadi. 

“Sebagian besar kasus pneumonia bersifat ringan dan dapat disembuh dengan sendirinya,” tegasnya. 

Gambaran ekstrapulmonal dapat membantu diagnosis di antaranya terjadi hemolisis, ruam kulit, nyeri sendi, gejala gastrointestinal (GI), dan penyakit jantung. “Ini terjadi pada kurang dari 5 sampai 10 persen pasien. Hemolisis terjadi karena antibodi IgM menghasilkan reaksi aglutinin dingin. Keterlibatan jantung meliputi kelainan konduksi pada EKG, gagal jantung kongestif, dan nyeri dada,” paparnya.

Gejala yang timbul secara bertahap dikombinasikan dengan keterlibatan ekstrapulmoner dan jumlah sel darah putih yang normal menunjukkan pneumonia atipikal. Kebanyakan pasien dengan pneumonia M. pneumoniae datang ke rumah sakit rawat jalan, dan pengobatan sering kali menggunakan antibiotik empiris untuk pneumonia atipikal.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan