All Out Keruk Drainase Jalan Protokol, Lembur hingga Tengah Malam, Antisipasi Banjir Pascahujan
KERUK DRAINASE : Petugas Dinas PUPR Bidang SDA melakukan pengerukan drainase di Jl Jenderal Sudirman seberang Masjid Agung.-Foto : ist-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Musim hujan diperkirakan mulai berlangsung pada bulan November 2023 seperti prakiraan BMKG. Selama ini setiap kali musim hujan, banjir genangan air kerap kali melanda Metropolis termasuk di jalan-jalan protokol. Sehingga Pemerintah Kota (Pemkot) melalui Dinas PUPR Bidang Sumber Daya Air (SDA) merasa perlu melakukan antisipasi untuk mengurangi potensi banjir.
Salah satu upayanya melakukan pengerukan drainase di sejumlah lokasi rawan banjir, khususnya di jalan protokol. Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Air (SDA), Irigasi, dan Limbah Dinas PUPR Kota Palembang, Ir RA Marlina Sylvia ST MSi MSc IPU ASEAN Eng mengatakan pengerukan drainase dilakukan di beberapa kawasan rawan genangan air, seperti kawasan Jl Sudirman seberang Masjid Agung, Jl Kolonel Atmo, Jl Dempo, Jl Rustam Effendy, Jl Pahlawan, Jl Jend Sudirman depan IP Mall, sampai Cinde, dan seterusnya.
"Kami sudah turun lapangan sejak Januari tahun ini untuk persiapan penanggulangan banjir. Tapi kini memasuki musim penghujan kami kerja lebih intensif lagi, all out lembur setiap malam," sampainya. Di luar jam kerja, kegiatan pengerukan drainase ini petugas lakukan mulai hingga tengah malam untuk memastikan antisipasi berjalan sebelum musim hujan. "Lembur penggerukan drainase kita sudah lakukan sejak Oktober," sampainya.
Dijelaskan, pelaksanaan pekerjaan ini sebagai salah satu upaya pencegahan genangan air atau banjir di Palembang. "Kami juga terjunkan berbagai tim untuk pencegahan genangan atau banjir, seperti tim sosialisasi dan tim monitoring evaluasi yang selalu mendampingi tim lapangan dalam bekerja," jelasnya.
Selain ke lokasi rawan genangan di jalan-jalan utama, pengerukan juga sudah dilakukan di hilir aliran air Kota Palembang, seperti Sungai Borang, Sungai Gasing, Sungai Lambidaro, Sungai Baung, dan sebagainya. "Kita telah kerjakan di lokasi permukiman yang rawan genangan atau banjir, baru masuk ke tengah kota," katanya.
Seharusnya saluran jalan nasional itu dikerjakan oleh Balai Jalan, misalnya Jl Jend Sudirman, sementara saluran jalan provinsi dikerjakan PUBM Provinsi misalnya Jl Kapten A Rivai. "Sedangkan sungai-sungai ada dua, dikerjakan Balai Sungai dan sungai-sungai perbatasan dikerjakan PU PSDA Provinsi. Tetapi kita harus turun tangan mengatasinya juga karena ini wajah Kota Palembang," bebernya.
Pengerukan drainase bertujuan mengeluarkan sedimen, sampah, dan limbah restoran yang menghambat bahkan menghalangi aliran air. Tindakan inil terbukti berhasil dengan tidak adanya genangan hujan belakangan di titik titik rawan genangan. "Kita juga melakukan monitoring dan membersihkan sungai-sungai dari hilirnya langsung," pungkasnya.
Sementara, berdasarkan data BMKG Sumsel, pemutakhiran kondisi iklim 10 harian (dasarian) menunjukkan indikasi awal beberapa wilayah telah memasuki awal musim hujan pada akhir Oktober (Oktober III) kemarin, meliputi sebagaian wilayah Muara Enim, Lahat, Empat Lawang, hingga Musi Rawas Utara.
Kepala BMKG Sumsel, Wan Dayantolis menyampaikan pada akhir Oktober III curah hujan terkonsentrasi di wilayah barat Sumsel dan sedikit bagian tengah. "Pada bagian Timur/Tenggara seperti OKI, curah hujan masih rendah dan belum terjadi secara meluas," sampainya, kemarin.
Dampaknya masih tinggi kemunculan hotspot yang menyebabkan terjadinya asap karhutla ke arah barat seperti Palembang hingga Muara Enim. "Konsentrasi PM 2.5 yang merupakan indikator adanya partikulat pada seperti residu kebakaran meningkat selama Oktober III ini," jelasnya.
Adapun prakiraan hujan untuk awal November (November I) menunjukkan adanya potensi hujan yang meningkat tipis dimana akumulasinya berkisar 20-75 mm. "Akumulasi tertinggi diprakirakan terjadi pada bagaian tengah ke arah utara hingga barat laut dari Sumsel," ujarnya.
Secara umum kejadian hujan masih fluktuatif sebagaimana perilaku pada masa transisi di mana hujan akan terjadi secara sporadis adan belum meluas, utamanya pada bagian timur-tenggara Sumsel. "Hal ini tentu menyebabkan potensi kemunculan hotspot masih ada dan masih mengirim asap ke wilayah barat/utara Sumsel mengikuti pergerakan angin saat ini," jelasnya.
Pihaknya menghimbau dengan wilayah Sumsel mulai memasuki masa peralihan musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan yang turun pada dasarian I November diprakirakan masih dalam kategori Rendah hingga Menengah dan sifat hujan sebagian besar Bawah Normal. "Tapi potensi terjadinya titik panas (hotspot) di wilayah Sumsel masih sangat besar. Masyarakat diharapkan terus waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang timbul selama periode ini, seperti hujan disertai petir dan angin kencang, serta selalu menjaga kesehatan dan lingkungan dari potensi bahaya kebakaran hutan dan lahan," paparnya. (tin/fad)