Haji Halim : Tanah Diserobot, Apa Salah Saya?

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Sebaik-baik manusia di muka bumi adalah yang berumur panjang dan memberi manfaat bagi manusia lainnya. Isi hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad patut disematkan ke pengusaha muslim sekaligus tokoh masyarakat terkemuka Sumsel, Kemas H Abdul Halim Ali yang pada 19 September 2023 merayakan milad ke-85 tahun.

Kemas H Abdul Halim Ali atau lebih dikenal Haji Halim lahir di Desa Cinta Jaya, Kecamatan Pedamaran Kabupaten OKI. Beliau terlahir dari pasangan suami istri, Kemas Muhammad Ali dan Nyimas Hj Ningayah dan keduanya telah menghadap Sang Khalik beberapa puluh tahun silam.

"Saya bersyukur atas penambahan usia hingga 85 tahun. Kehidupan yang saya nikmati saat ini tidaklah serta merta senang dan aman. Tidak juga bisa santai-santai, paling penting dalam bekerja harus jujur dan ikhlas," ungkapnya pada acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 H di Gedung Kanzul Munawwir Graha Da'wah Al-Halim Jl Dr M Isa, Kamis (28/9) malam.

Istimewanya lagi, peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw ini digelar berbarengan acara tasyakuran milad ke-85 tahun Haji Halim. Dihadiri ribuan warga Palembang, termasuk Kabid Humas Polda Sumsel, Kombes Pol Drs Supriadi MM, Kapolrestabes Palembang, Kombes Pol Dr Harryo Sugihharto SIK MH, Ketua YMA SMB Jayo Wikramo Palembang Kiagus Ir H Abdul Rozak MSc, para asatidz-assatidzoh dan ibu-ibu majelis taklim.

Haji Halim pun menceritakan perjuangan beratnya menjalani kehidupan hingga bisa sukses. Di usia 6 tahun pemilik dari Sentosa Group ini sudah berjualan kue keliling. Sang ayah pemilik usaha sawmil kayu di desanya terancam kolaps. Di usia remaja, Halim sempat melanglang buana keluar dari tempat kelahirannya mencari pekerjaan.

Sempat selama hampir 2 tahun meninggalkan tanah kelahirannya, rupanya sang ibunda dilanda kerinduan berat dan meminta sang putra kembali ke rumah. Padahal, saat itu Halim muda tengah berjuang memulai hidup, termasuk keluar masuk hutan dan sempat bekerja di pabrik pengolahan kayu di beberapa daerah di Sumsel.

"Di usia 13 tahun saat di perantauan, saya ketemu uwak (paman, red). Katanya emak saya meminta pulang ke rumah. Emak  bilang kalau saya tidak pulang dia mau mati saja. Saya pun mengikuti keinginan emak dan pulang ke rumah," ungkap Haji Halim yang di usia senjanya tetap terlihat bugar dan sehat.

Setelah kembali ke rumah, dia diberi 3 pilihan. Apakah mau memegang perusahaan kayu milik bapak yang terancam bangkrut, berdagang, atau melanjutkan sekolah. Akhirnya ia memilih berdagang dan pertama kali jualan di pasar kalangan beberapa daerah di Sumsel. Selepas dari berdagang keliling, Haji Halim akhirnya memilih kembali mengurus pabrik kayu Sentosa, peninggalan sang ayah.

"Saat itu saya yang masih bujangan berpikir bagaimana bisa memimpin sebuah perusahaan. Kakak saya tidak mau mengurus pabrik, bahkan saya sampai tidur di pabrik. Di sanalah saya berpikir hingga akhirnya tahun 1995 saya mengantongi HPH (Hak Penguasaan Hutan, red)," urai pengusaha yang dikenal dermawan dan mendirikan sejumlah masjid ini.

Maka, jika selama kurun 2 tahun terakhir usahanya mendapat ujian yakni gangguan dari PT Gorby (Gorby Putra Utama). "Ada saja orang yang menjahili usaha saya. Yang menyerobot tanah saya itu Gorby, apa salah saya?" keluhnya.

Kalau dalihnya karena HGU sudah dicabut sehingga dengan sewenang-wenang menyerobot tanah miliknya, itu juga tak dibenarkan. Terkait pencabutan HGU, menurut Halim, pihaknya pun tengah mengajukan upaya gugatan ke PTUN Jakarta. Haji Halim juga mengadu ke Gubernur Sumsel, Kapolda Sumsel, hingga Pangdam II/Sriwijaya.

"Saya ngadu bukan apa-apa, ada ribuan pekerja menggantungkan hidupnya di lahan yang dirusak lalu diserobot Gorby. Jika ini terus menerus dibiarkan tanpa ada yang menghentikan saya tidak tahu apa yang terjadi. Tapi saya masih meminta mereka (pekerja) di kebun tetap bersabar," sebutnya.

Ustaz KH Hidayatullah menyampaikan banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik dari perjalanan hidup seorang Haji Halim. "Beliau ini barangkali termasuk salah satu manusia terbaik dan umurnya panjang. Kebaikan beliau banyak menjadi pelajaran yang mahal buat kita. Banyak juga orang yang panjang umur tapi kurang memberi manfaat bagi masyarakat. Sebaliknya tidak sedikit orang yang banyak memberi manfaat tapi umurnya dipendekkan Allah Swt," sebut staf pengajar UIN Raden Fatah Palembang ini.

Ustaz Kemas Muhammad Ali mengenang kebaikan Haji Halim, terutama saat pandemi Covid-19 kepada para ustaz dan ustazah. "Setiap bulan tak kurang dari Rp1 miliar digelontorkan Pak Haji Halim sebagai sedekah dan infaq. Baik kepada fakir miskin, masjid dan musala bahkan kepada kami para ustaz. Kalaupun saat ini terkena musibah, tanahnya diserobot kami akan senantiasa berdoa kepada Allah Swt meminta agar Pak Haji Halim senantiasa mendapatkan perlindungan," imbuhnya. (kms/)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan