Ubah Keinginan Jadi Guru Besar setelah Jadi dosen

*Prof Dr Momon Sodik Imanudin SP MSc, Guru Besar Bidang Irigasi dan Drainase Pertanian Unsri

SUMATERAEKSPRES.ID - Gelar akademik tertinggi telah tersemat pangkal namanya. Prof Dr Momon Sodik Imanudin SP MSc. Setelah pengukuhan Senin (4/9) lalu, ia  resmi jadi Guru Besar bidang Irigasi dan Drainase Pertanian Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Univeraitas Sriwijaya (Unsri).

Kebahagiaan terpancar jelas dari raut wajah Prof Momon. Saat pengukuhannya sebagai guru besar, bersama 12 profesor lain di Auditorium Kampus Unsri Indralaya. Mengenakan semua atribut pengukuhan, berulang kali tampak senyum mengembang di bibirnya.

Sebelum pengukuhan, pria kelahiran Kuningan (Jawa Barat) pada tanggal 31 Oktober 1971 menyampaikan orasi ilmiah  berjudul ‘Pengembangan Alat Pengambilan Keputusan dalam Penyusunan Kebijakan Pengelolaan Air untuk Mendukung Pembangunan Pertanian di Lahan Rawa Pasang Surut’.

Rupanya, menjadi seorang guru besar ternyata bukan cita-cita Prof Momon.  Ia hanya ingin menjadi dosen biasa.

Taman Sekolah Dasar tahun 1984 di SD Negeri II Japara, ia melanjutkan ke SMP Negeri Jalaksana pada 1987. Kemudian, SMA Negeri 2 Kuningan 1990.

Prof Momon melanjutkan kuliah S1 pada jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Unsri. Setelah lulus, dia ikut tes menjadi dosen. Pada  1997 diangkat menjadi dosen tetap Unsri. Kemudian mengambil S2 pada 2001 dari jurusan Teknik Sumber Daya Air (Water Resources Engineering) pada program internasional dua Universitas sekaligus. Yakni Katholike Leuven Universiteit dan Vrije Universiteit Brussel Belgium.

Lalu, Prof Momon terdaftar menjadi mahasiswa program Doktoral di 2006 pada BKU Pengelolaan Lahan Program Studi Doktor Ilmu-ilmu Pertanian. Pada 14 Juli 2010 lulus dalam ujian tertutup program doktor ilmu-ilmu pertanian di Pasca Sarjana Unsri.

Hingga akhirnya pada usianya ke-51 tahun, ia bisa mencapai gelar tertinggi untuk seorang dosen itu. Prof Momon mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar pada Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Unsri sejak 1999. Perjalanan pria asli Kuningan, Jawa Barat ini menyandang gelar guru besar bukan hal yang mudah. BACA JUGA : Prof Taufik ‘Komandan’ Percepatan Guru Besar

Proses administrasi di tingkat universitas, butuh waktu setahun. Di tingkat pusat hanya butuh waktu 3 bulan.

  ‘’Alhamdulillah penyerahan berkas angka kredit berjalan lancar, secara administrasi semuanya terpenuhi,’’ kata alumni FP Unsri Angkatan 1990 ini.

Dalam pengajuan ini, lanjutnya, tak ada kendala yang berarti. Semuanya berjalan lancar. Hanya mungkin ada pengurangan poin tapi secara administrasi terpenuhi.

“Jadi sebenarnya menjadi guru besar ini nasib. Sebab saya dulu belum ada keinginan untuk menjadi seorang professor. Hanya ingin jadi dosen biasa,’’ ujar anak pertama dari tujuh bersaudara, dari pasangan Sardi dan Aijah ini.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan