Kurangi Ketergantungan Kimia, Buat Pupuk Organik Secara Mandiri

*Kelompok Tani Siapkan Ternak Sapi untuk Olah Kompos

Kelompok tani di Desa Pematang Bangsal dan Sungai Lebung, Pemulutan Selatan, Ogan Ilir ini mulai membangun kandang untuk memelihara delapan ekor sapi. Sedari awal, tujuan utamanya bukan fokus pada penjualan sapi, namun lebih serius dalam pengolahan kotoran sapi untuk jadi pupuk kompos organik. Seperti apa? ANDIKA – Ogan Ilir PENGGUNAAN pupuk anorganik yang terus menerus dan berlebihan menyebabkan degradasi mutu lahan. Karena terjadinya kerusakan struktur tanah, soil sickness (tanah sakit) dan soil fatigue (kelelahan tanah) serta inefisiensi. Menyikapinya, perlu adanya pengembangan penggunaan pupuk organik. Hal ini karena pupuk organik disamping menyediakan hara tanaman juga dapat memperbaiki struktur tanah. Lalu, memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah, meningkatkan daya tahan dan daya serap air, memperbaiki drainase dan pori-pori dalam tanah. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Pemulutan Selatan, Aprianto menyebut program UPPO (Unit Pengolahan Pupuk Organik) ini merupakan bantuan dari Kementan.
“Pada tahap ini kami baru dalam proses pembuatan kandang. Nanti setelah jadi, baru pengadaan 8 ekor sapi. Makin banyak sapinya, maka bahan baku pembuatan komposnya juga terus berlimpah,” ujar Aprianto.
Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika dan biologi tanah serta sebagai sumber nutrisi tanaman. Secara umum kandungan nutrisi hara dalam pupuk organik tergolong rendah dan agak lambat tersedia, sehingga diperlukan dalam jumlah cukup banyak. Aprianto mengatakan, setiap kelompok diberi bantuan senilai Rp200.000.000. ‘’Dana ini diperuntukkan dalam menyiapkan rumah kompos dan bak fermentasi, kandang komunal, ternak sapi, kendaraan roda 3 (bentor) dan unit pengolah kompos,” jelasnya. Program ini jadi salah satu upaya pemerintah untuk mendukung petani dalam menyediakan pupuk organik secara mandiri. Melalui fasilitasi bantuan UPPO tersebut, diharapkan petani dapat memproduksi dan menggunakan pupuk organik secara in situ. Sumber bahan kompos antara lain bisa berasal dari limbah organik seperti sisa sisa tanaman jerami, batang dan dahan, sampah rumah tangga serta kotoran ternak sapi, kerbau, kambing, ayam. Penggunaan kotoran sapi sebagai pupuk bukan hal baru bagi masyarakat pedesaan yang memiliki mata pencaharian sebagai petani. Penggunaan kotoran sapi sebagai pupuk tanaman hampir tidak menimbulkan efek samping sama sekali. Justru penggunaan kotoran sapi sebagai pupuk sangat disarankan. ‘’Karena kotoran sapi bebas dari zat-zat kimia yang dapat merusak keseimbangan alam, salah satunya kerusakan konstruksi tanah,’’ katanya. Satu ekor sapi dapat menghasilkan pupuk kompos sebesar 23,6 kg per harinya. Kandungan unsur hara dalam kotoran sapi bermanfaat besar untuk menutrisi tanaman. Sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih optimal. Kotoran sapi mengandung unsur hara berupa nitrogen (N), fosfor (P), dan juga kalium (K). Sapi dengan berat 454 kg mampu menghasilkan kotoran sapi dengan kandungan nitrogen sebesar 56,2%, fosfor 18,2%, dan kalium 39,9%. ‘’Mahalnya pupuk kimia sudah membuat petani sedikit demi sedikit beralih ke pupuk organik. Meskipun ketersediaan pupuk organik belum banyak di pasaran. Harapannya, dengan ini  dapat memenuhi kebutuhan pupuk organik bagi petani,” pungkasnya. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan