Viral! Hutang Obat di RSUD Prabumulih Capai Miliaran Rupiah, Begini Penjelasan Dirut RSUD
Hutang obat di RSUD Prabumulih capai miliaran rupiah. Dirut RSUD klarifikasi, masalah ini akumulasi dari hutang sebelumnya dan terus dicicil. Foto:Dian/Sumateraekspres.id--
PRABUMULIH, SUMATERAEKSPRES.ID – Isu viral yang mencuat beberapa minggu terakhir mengungkapkan adanya hutang besar yang melilit Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Prabumulih.
Diketahui, hutang untuk obat-obatan tercatat mencapai Rp18,5 miliar, sementara untuk bahan medis habis pakai (BMHP) dan reagent mencapai Rp4,3 miliar.
Angka yang fantastis ini menambah perhatian publik, apalagi adanya dugaan praktik korupsi dalam pengadaan obat-obatan yang ditanggapi oleh organisasi masyarakat (Ormas) Suara Informasi Rakyat Sriwijaya (SIRA).
SIRA bahkan menggelar aksi orasi di depan Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sumatera Selatan untuk mendesak pihak berwenang mengusut tuntas dugaan penyelewengan dalam proses pengadaan obat di RSUD Prabumulih.
BACA JUGA:Diduga Mengantuk, Pengemudi Motor Kawasaki Ninja Tabrak Truk Tangki, Begini Kondisinya
BACA JUGA:Pentingnya Pemanfaatan Sainstek Agar Masyarakat Lebih Dekat dengan Ilmu Pengetahuan
Dalam orasinya, SIRA menuntut kejelasan dan transparansi terkait pengelolaan keuangan rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah kota tersebut.
Terkait isu viral tersebut, Direktur Utama (Dirut) RSUD Kota Prabumulih, drg. Sri Widiastuti, akhirnya memberikan klarifikasi. Ia mengakui adanya hutang yang terkait dengan pembelian obat-obatan di RSUD.
Menurutnya, masalah tersebut bukanlah sesuatu yang baru, melainkan merupakan akumulasi dari hutang-hutang yang ditinggalkan oleh para direktur sebelumnya.
BACA JUGA:Pelaku Curanmor Ditangkap Polisi saat Lagi Tidur, Ini Penjelasan Polisi
BACA JUGA:Tren 2025, Batu Akik Merah Delima Kembali Menghiasi Pasar dengan Harga Fantastis!
“Saya juga menerima limpahan hutang puluhan miliar dari direktur sebelumnya dan sampai sekarang terus kita cicil,” ungkap drg. Sri Widiastuti dalam wawancaranya.
Namun, ia juga menegaskan bahwa setiap direktur yang menjabat memang meninggalkan hutang sebagai bagian dari beban keuangan rumah sakit yang terus diusahakan untuk diselesaikan.
Ia menambahkan bahwa pihaknya saat ini masih menunggu hasil pemeriksaan dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terkait besarnya total hutang tersebut.
