Nokia N75 Max 5G: Kenyataan Atau Sekadar Gimmick Belaka?
Nokia N75 Max 5G: Fatamorgana Digital yang Mengeksploitasi Rindu-Foto: sumateraekspres.id-
SUMATERAEKSPRES.ID - Di sudut-sudut internet Indonesia, sebuah harapan baru bagi para pencinta gawai tengah membara. Namanya Nokia N75 Max 5G.
Ia datang bukan sekadar sebagai ponsel, melainkan sebagai sebuah manifestasi mimpi: kamera 200MP yang siap mengabadikan semesta, ditenagai otak pemrosesan sekelas Snapdragon 8 Gen 3, dan didukung baterai berkapasitas 7100mAh yang seolah tak kenal lelah.
Semua kemewahan itu dibungkus dengan janji harga yang merakyat. Namun, di balik riuh decak kagum, terselip sebuah pertanyaan fundamental: benarkah ia nyata, atau sekadar ilusi indah yang sengaja diciptakan?
Setelah menempuh perjalanan penelusuran digital yang sunyi dan mendalam, menyisir jejak dari berbagai sumber terpercaya, kami tiba pada satu titik kesimpulan yang tak terbantahkan: Nokia N75 Max 5G adalah fatamorgana.
BACA JUGA:Nostalgia Bertemu Teknologi: Nokia 3210 FC Barcelona Hadir Kembali dengan Sentuhan AI Humanis
BACA JUGA:Nostalgia Menyapa Masa Kini: Nokia 7610 Bangkit dengan Sentuhan Modern
Sebuah produk imajiner yang kelahirannya bukan dari rahim pabrikan HMD Global—sang pemegang sah mahkota Nokia—melainkan dari strategi konten nir-sumber.
Tidak ada satu pun pengumuman resmi, siaran pers, atau bahkan secuil bisikan dari korporasi yang membenarkan eksistensinya.
Panggung teknologi global yang biasanya gegap gempita menyambut produk "dewa", justru senyap seribu bahasa saat nama Nokia N75 Max 5G disebut.
BACA JUGA:Transformasi Legenda: Nokia 7610 5G Hidup Kembali dengan Performa Gagah, Siap Guncang Pasar
BACA JUGA:Nokia 8110, Sang Legenda Pisang Emas yang Mengukir Sejarah Ponsel Dunia
Anatomi Sebuah Rekayasa Digital
Kisah tentang ponsel gaib ini secara masif dan eksklusif hanya hidup dalam ekosistem portal berita dan blog teknologi lokal.
Artikel-artikel tersebut, layaknya hantu digital, terus-menerus muncul kembali, sering kali dengan tanggal yang diperbarui, namun menyajikan narasi spesifikasi yang sama persis tanpa pernah menyertakan tautan ke sumber primer yang kredibel.
Beberapa kejanggalan berikut menjadi paku terakhir pada peti mati kebohongan ini:
