Tari Mapak Raje, Tarian Sambut Khas Ogan Ilir Sarat Nilai Budaya dan Gotong Royong
BUDAYA OGAN ILIR: Para penari membawakan tarian Mapak Raje khas Ogan Ilir.-FOTO : IST-
OGAN ILIR, SUMATERAEKSPRES.ID - Tari Mapak Raje, juga dikenal sebagai Tari Sambut khas Ogan Ilir, adalah salah satu tarian tradisional yang penuh makna.
Tarian ini biasanya dipersembahkan dalam acara tertentu sebagai pembuka dan sambutan bagi tamu kehormatan. Tari Mapak Raje menjadi simbol kearifan lokal dan budaya masyarakat Ogan Ilir.
BACA JUGA:Tari Berambak Purun, Warisan Budaya Pedamaran Tampil Memukau di Festival Buda Sumsel TMII
BACA JUGA:Pelestarian Pakaian Adat Ogan OKU: Identitas Budaya dan Warisan Leluhur yang Mulai Dimodifikasi
Tari Mapak Raje biasanya dibawakan oleh tiga hingga dua belas penari, atau bahkan lebih.
Dalam penampilan tersebut, penari utama membawa tepak sirih, sementara dua penari lainnya membawa mangkuk berisi bunga.
Selain itu, terdapat tiga pengawal yang turut serta dalam tarian ini; dua di antaranya membawa tombak dan satu pengawal lainnya membawa payung untuk melindungi penari utama.
Menurut Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Ogan Ilir, Khairul Kaswan, Tari Mapak Raje adalah tarian khas yang menggambarkan kearifan lokal Ogan Ilir.
Khairul menjelaskan bahwa tarian ini sering ditampilkan dalam berbagai acara resmi maupun sebagai hiburan.
"Tari Mapak Raje ini merupakan tarian tradisional yang biasanya dipertunjukkan pada acara-acara tertentu, umumnya sebagai pembuka sekaligus sambutan kepada raja atau tamu kehormatan. Tari ini pertama kali diciptakan pada tahun 2005," ujarnya.
Menariknya, meskipun Tari Mapak Raje sering dipertunjukkan dalam berbagai kegiatan seni, masih banyak masyarakat Ogan Ilir yang belum mengetahui sejarah dan asal-usulnya.
Nama "Mapak" berarti menyambut, sementara "Raje" berarti Raja. Tari Mapak Raje lahir dari kesepakatan enam kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir, yakni Inderalaya, Tanjung Batu, Rantau Alai, Tanjung Raja, Pemulutan, dan Muara Kuang.
Khairul Kaswan menjelaskan bahwa keenam kecamatan tersebut memiliki kesamaan dalam budaya dan karya seni mereka.
Contohnya, kata 'Mapak' digunakan di Kecamatan Inderalaya khususnya di Sakatiga dan juga di Muara Kuang.
