Kebun Melon Jadi Destinasi Wisata Baru, Berdampingan dengan Lahan Semangka dan Kacang Tanah
LAHAN PERTANIAN JADI OBJEK WISATA Warga swafoto dengan latar belakang kebun melon di Desa Kemang Tanduk, Kecamatan RKT, Kota Prabumulih. Pemanfaatan laha untuk pertanian ternyata menyimpan potensi wisata.-foto: dian/sumeks-
PRABUMULIH, SUMATERAEKSPRES.ID — Warga Desa Kemang Tanduk, Kecamatan Rambang Kapak Tengah (RKT), Kota Prabumulih, mempunyai destinasi baru yakni kebun melon. Hamparan kebun melon seluas setengah hektare mendadak jadi lokasi wisata dadakan.
Ladang pertanian milik warga itu kini ramai didatangi masyarakat untuk sekadar berswafoto hingga mencicipi manisnya melon lokal. Kepala Desa Kemang Tanduk, Adi Darminto AMd, menjelaskan bahwa kebun ini dikelola oleh Kelompok Tani Putra Tani.
“Ini menjadi bagian dari program ketahanan pangan desa tahun 2025 ini. Walau cuma setengah hektare, tapi manfaatnya luar biasa. Ini jadi kebun edukasi, tempat wisata, sekaligus sumber ekonomi,” ujar Adi, kemarin. Inilah side effect dari Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) yang diinisiasi Gubernur Sumsel Dr H Herman Deru SH MM pada akhir 2021 lalu.
Buah melon hasil kebun ini dijual langsung dengan harga ramah kantong yakni Rp13.000 per kilogram. Soal rasa, jangan ditanya. Pihak desa bahkan berani jamin. “Kalau melonnya tidak manis, tidak usah bayar,” selorohnya.
BACA JUGA:Manfaatkan Lahan Tanam Golden Melon
Pengunjung juga dipersilakan mencicipi melon langsung di tempat sebelum membeli. Tak heran jika banyak warga berdatangan untuk merasakan sensasi makan buah segar langsung dari pohonnya. Selain berburu buah, mereka juga tak mau melewatkan kesempatan berfoto ria di tengah kebun yang instagramable.
Kebun melon ini berdampingan dengan kebun semangka dan kacang tanah. Masing-masing seluas setengah hektare. Jika tak ada halangan, dalam waktu dekat giliran semangka dan kacang tanah yang siap dipanen.
Melalui pertanian, Desa Kemang Tanduk menunjukkan kekuatan pangan lokal yang ternyata punya potensi wisata. “Siapa sangka, dari kebun kecil bisa tumbuh harapan besar bagi ekonomi dan pariwisata desa,” imbuh dia.
Belum lama ini, Desa Kemang Tanduk unjuk gigi dalam inovasi pertanian. Warga setempat sukses memadukan perkebunan sawit dengan budidaya cabai melalui sistem tumpang sari.
Dengan memanfaatkan sela-sela lahan sawit milik warga, kelompok tani Putra Tani berhasil membudidayakan sekitar 200 batang cabai. Hasilnya pun langsung terlihat. Pada panen perdana beberapa waktu lalu, mereka mengumpulkan hasil cukup menjanjikan, 20 kilogram cabai segar.
BACA JUGA:Panen Melon 4 Ton di Lubuk Makmur Lempuing Jaya, Siap Dukung Program Makan Gratis Bergizi
BACA JUGA:Egenom Budidayakan Melon Apollo S248 di Semidang Aji, Tahan Penyakit dan Mudah Dibudidayakan
“Ini baru panen hari pertama. Mudah-mudahan ke depan hasilnya bisa terus meningkat,” beber Adi. Cabai hasil panen tersebut langsung dijual ke pengepul lokal, menjadi tambahan pendapatan bagi para petani. Inovasi ini bukan sekadar kegiatan pertanian biasa, melainkan bagian dari Program Ketahanan Pangan Desa yang didanai oleh Dana Desa (DD) 2025.
