https://sumateraekspres.bacakoran.co/

PELAMINAN

Keharuman nama Salahuddin al-Ayyubi tak hanya semerbak di tanah Arab. Hinggi kini pun, nama beliau masih berkibar. Bahkan, tidak sedikit yang menyematkan nama ini untuk putra mereka.

Najmuddin Ayyub, seorang lelaki tampan, alim, tetapi sangat sederhana dalam kehidupan (jika tak pantas disebut berkekurangan) sering ditanya oleh keluarga dan gurunya, kapan hendak menikah.

Jawaban lelaki ini tak sesederhana penampilannya. "Aku ingin wanita yang bersamaku nanti bisa bersama meniti surga dan anak kami kelak dapat menjadi pejuang yang membela al-Aqsho," demikian katanya.

Lelaki ini di samping bekerja, juga mengisi hari-harinya dengan mengikuti cawisan 'taklim' rutin. Selepas taklim, ia meluangkan waktu untuk meminta tambahan fatwa sejenak dengan sang guru seperti yang biasa ia lakukan.

Suatu hari, datanglah seorang perempuan muda,  yang ingin bertemu secara pribadi terhadap sang guru. Lelaki ini pun keluar dan mempersilakan sang gadis untuk curhat. BACA JUGA : Kemuliaan Malam Lailatul Qadar

"Tuan guru, hamba sedang risau perihal jodoh. Sudilah Tuan guru memberikan solusi," curhat perempuan muda tersebut pada sang guru ini lamat-lamat menembus pori-pori jendela tempat sang lelaki duduk.

"Seorang pemuda tampan lagi kaya datang kepada ayahku untuk melamarku," lanjutnya.

"Apa yang membuatmu risau, Ananda? Bukankah cukup syarat bagi calon suamimu itu? Ia tampan, bisa menghidupimu, dan masih sendiri," ujar sang guru menimpali.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan