Apa itu Kista Coklat?
PALEMBANG- Endometriosis (Kista Coklat) adalah jaringan mirip pelapis dinding rahim yang tumbuh di luar rongga rahim. Dan ini memicu reaksi peradangan menahun. Hal tersebut diungkap Dr. Variantono Azwar, SpOG, Sub spesialis FER, MM. Dokter di Klinik Blastula Siloam.
Katanya, dampak dari Endometriosis terjadi perlengketan alat reproduki, nyeri haid, nyeri panggul menahun, gangguan haid, pengangkatan rahim, infertilitas wanita, dan juga mengganggu produktivitas kerja.
Lebih jauh dijelaskan, banyak teori yang berusaha menerangkan terjadinya endometriosis, antara lain teori regurgitasi (Sampson) dan teori pencangkokan (transplantasi). "Gejala dan Endometriosis nyeri haid, nyeri sanggama, dan infertilitas,"ucapnya
Seseorang yang mengidap ini selain mengalami nyeri haid dan sanggama, endometriosis juga dapat menyebabkan nyeri panggul bersifat menyebar, tumpul, dan dalam. "Nyeri punggung, terkadang diikuti mual, diare, dan tekanan pada dubur,"jelasnya.
Katanya, diagnosis bisa dilakukan dengan diagnosis klinis anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium CA125. USG transvaginal atau MRI (kista endometriosis ovarium). "Jika ditemukan Diagnosis baku emas dapat laparoskopi dengan pemeriksaan histologi,"jelasnya lagi.
Ia menegaskan, bagi seseorang yang mengidap ini jika ingin hamil dapat melakukan, stimulasi, inseminasi, dan bayi tabung.
Menurutnya, Endometriosis ditemukannya jaringan menyerupai endometrium di luar uterus yang dapat memicu reaksi peradangan kronis. Kondisi seperti ini terutama ditemukan pada para wanita yang berada di usia reproduktif dari berbagai etnik dan golongan sosial.
Gejala-gejalanya dapat mempengaruhi fisik, mental, dan kehidupan sosial. "Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan keluhan dan memberikan waktu kepada mereka yang dicurigai menderita endometriosis untuk mengungkapkan keluh kesah mereka"ucapnya
Akan tetapi, katanya, kadang-kadang wanita penderita endometriosis mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali. Oleh sebab itu, penemuan adanya endometriosis pada beberapa kasus didapat secara kebetulan.
Keseluruhan prevalensi endometriosis masih belum diketahui secara pasti. Terutama karena operasi merupakan satu-satunya metode yang paling dapat diandalkan untuk diagnosis pasti endometriosis.
Selain itu, operasi umumnya tidak dilakukan tanpa gejala atau ciri-ciri fisik yang mengacu pada dugaan endometriosis. "Prevalensi endometriosis tanpa gejala didapat sekitar 4 persen pada wanita yang pernah menjalani operasi sterilisasi. Kebanyakan perkiraan prevalensi endometeriosis berkisar antara 5- 20 persen pada para wanita penderita nyeri pelvik, dan antara 20 persen- 40persen pada wanita subfertil. Prevalensi umum berkisar antara 3 persen- 10 persen terutama pada wanita dalam usia reproduktif,"sebutnya
Ia menyebutkan, usia rata-rata wanita yang menjalani diagnosis bervariasi antara 25 – 30 tahun. "Endometriosis jarang ditemui pada gadis yang berada pada tahap menjelang haid (premenarcheal), tetapi dapat diidentifikasi pada minimal 50 persen gadis atau wanita muda berusia kurang dari 20 tahun yang mempunyai keluhan-keluhan seperti nyeri pelvik dan dyspareunia. Kebanyakan kasus yang terjadi pada wanita muda berusia kurang dari 17 Diagnosis Endometriosis dalam Praktik,"tutupnya.(nni/lia)